Pengelolaan sampah dalam model bank sampah organik, pada dasarnya memanfaatkan belatung maggot yang saat ini sudah mulai banyak dibudidayakan. Belatung yang berasal dari larva lalat jenis BSF ini, bisa dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ikan subtitutif untuk mengurangi penggunaan pelet sebagai pakan ikan budidaya.
Maggot sudah menjadi komoditas berharga. Konon harga maggot di pasaran saat ini mencapai Rp 5 ribu per kilo. Tidak heran jika sekarang budidaya maggot sudah memasuki skala bisnis. Bukan lagi sekadar sebagai hasil sampingan dari pengelolaan sampah organik.
Dalam catatan Kepala Bidang Persampahan DLH Kota Bogor, Dimas Tiko, sejauh ini dalam uji coba di lingkungan kantornya,telah terkumpul 32 kg sampah organik hasil setoran para pegawai. Pada minggu pertama awal Agustus kemarin, telah dipanen maggot sekitar 40 kg.
“Untuk menghasilkan maggot sebanyak itu diperlukan sampah organik sebanyak 250 kg,” ungkap Dimas yang berperan sebagai ketua proyek ini. “Karena sampah yang terkumpul dari pegawai baru bisa 32 kg, terpaksa kami ambil sisanya dari sampah organik yng dibawa truk sampah,” tuturnya.
Bisa dibayangkan besarnya kebutuhan sampah organik jika pengelolaan sampah memanfaatkan maggot. “Beberapa rekan pengelola TPST yang memanfaatkan maggot, saat ini sudah kekurangan sampah organik,” lanjut Dimas.
Hal ini dibenarkan oleh Misbah yang mengelola TPST di daerah Ciparigi I. Dengan kemampuan menghasilkan maggot sebanyak 400 Kg sekali panen, saat ini pihaknya kesulitan mencari sampah organik yang jadi pakan larva maggot.