Menjenguk anak tentu mengeluarkan sejumlah biaya. Pengeluaran-pengeluaran seperti inilah yang menjadi pengeluaraan diluar dugaan saat pandemi. Yang dipastikan tidak dicover oleh pemerintah.
Khawatir makin lama akan makin membebankan guru serta sekolah.
Ia berharap ada kebijakan dari pemerintah provinsi agar bisa memberikan arahan untuk diadakannya sumbangan sukarela oleh komite yang dikumpulkan dari orangtua murid untuk menunjang berbagai kegiatan sekolah lainnya yang tidak tercover saat ini.
“Namanya sumbangan, tidak ada nominal, tidak harus. Tapi minimal sekolah punya tabungan untuk suatu waktu, ada keperluan bantu anak yang lagi membutuhkan ini dan itu, dan sebagainya,” ungkap Acep.
Itupun, lanjutnya, tentu sesuai dengan aturan. Sumbangan dari orangtua murid dengan nominal berapapun dan tidak wajib. Dana tersebut nantinya dikelola komite.
“Jadi kalau ada anak sakit dan sebagainya, tinggal guru ajukan ke komite, untuk ini dan itu, berapa yang bisa digunakan dari tabungan hasil sumbangan itu. Jadi saling meringankanlah,” tegasnya. (ran)