
Ada pula Bir Kotjok. Warga sekitaran Suryakencana pasti hafal dengan jajanan murah meriah ini. Bermodalkan Rp10 ribu saja, pengunjung bisa menikmati kehangatan minuman khas Bogor tersebut. “Harga masih tetap sama, kemasannya kita buat kekinian,” sahut Agus Sugandi, penjual Bir Kotjok.
Sebelumnya, Agus berjualan di jalur pedestrian Surken yang setiap akhir pekan bisa menjual 80 botol bir Kotjok. Klaim Agus, bir kotjoknya memakai rempah-rempah pilihan. Rasanya dijamin tidak berubah meski sudah ada sejak 1965. “Walaupun sekarang dikelola generasi kedua, rasanya tidak berubah sejak 1965,” ujarnya bangga.
Senada diungkapkan Wahyu, pemilik tenda kuliner Laksa. Dia bersyukur direlokasi ke Teras Surken yang bersih. Tempat duduk untuk pengunjung pun nyaman. Memulai usaha di Gang Aut sejak 1955, setiap hari ia menjual 100 porsi laksa. Ini juga istimewa. Ada khas oncom merah di racikannya.
“Harapan saya, penggemar laksa saya tahu tempatnya pindah ke sini dan pengunjung Teras Surken semakin ramai,” kata Wahyu.
Pernyataan Wahyu diamini pemilik kedai Toge Goreng, Maemunah. Teras Surken memang lebih nyaman dibandingkan tempatnya dahulu berjualan. Apalagi ia tidak perlu membayar sewa. Hanya biaya kebersihan dan keamanan saja.
Meski begitu, Maemunah sempat keberatan dengan sistem cashless atau non tunai. Alasannya, lokasi Teras Surken dekat dengan Pasar Tradisional.