“Aksi utama pertama Temanco adalah pendampingan psikis yang dilakukan para relawan yang terdiri dari para survivor Covid-19 dengan para pasien. Para survivor akan menjadi teman cerita, teman curhat, dan teman berbagi bagi para pasien Covid-19. Tugasnya bukan mengganti peran dokter atau perawat, tapi bagaimana mereka berbagi pengalaman ketika berjuang mengatasi vius ini,” lanjutnya.
Dukungan seperti itu, menurut seorang penyintas, dirasakan betul manfaatnya. “Dukungan dari orang terdekat dan teman ‘curhat’ memegang peran penting membantu kesembuhan, selain tentu saja obat dan aneka suplemen, serta saran dokter,” ungkap Ara Wiraswara, yang Maret lalu dinyatakan positif tertular Covid-19.
Selama 22 hari menjalani isolasi di rumah sakit ditambah hampir 3 bulan isolasi mandiri di rumah, ia merasakan betul pentingnya teman-teman yang bisa mendampinginya melewati hari-hari yang sepi, menjemukan dan penuh kecemasan.
“Setelah sembuh, alhamdulilah saya berkesempatan jadi teman ngobrol beberapa orang yang tengah berjuang dengan Covid-19. Kemudian terpikirkan konsep teman ngobrol dengan pasien dan mengajak lebih banyak para survivor seiring terus naiknya angka positif Covid-19 di Bogor,” katanya.
Menurutnya, ide ini pertama kali didiskusikan dengan sesama survivor dan dengan beberapa sahabat lainnya. Ada semangat yang sama diantara mereka.
Sampai kemudian, “Ide ini membesar dengan semangat menjadi gerakan berbasis relawan. Tidak hanya teman ngobrol, tetapi juga pendampingan ekonomi bagi keluarga pasien yang berasal dari keluarga tak mampu,” lanjutnya.