Ia bahkan pernah mendapati para pemain yang sempat bermusuhan akhirnya dipersatukan dalam kompetisi lari jalanan itu. Ia mengklaim, tak ada unsur taruhan dalam ajang yang mereka lakukan.
Mereka sejatinya hanya ingin bersenang-senang. Hanya saja, kegiatan mereka kerap mengundang banyak penonton. Hal itulah yang membuat balap lari itu kerap dibubarkan aparat.
Padahal, kata Hermawan, mereka sudah pernah melayangkan surat izin untuk gelaran balap lari jalanan itu. Namun, mereka tampaknya belum mendapatkan “lampu hijau” untuk menggelarnya di jalan-jalan umum.
Oleh karena itu, mereka biasanya akan memilih lokasi yang sepi dan tidak mengganggu masyarakat.
“Kami mulai balap lari sekitar dari jam 22.00 WIB sampai 02.00 WB biasanya untuk 15 kali lari dari partisipan 30 orang. Asalnya dari berbagai kota (dekat), misal Bogor, Jakarta, Depok, Parung, atau Cikeas. Pernah hampir ada 500 orang, namun lebih banyak penontonnya,” beber dia.
Ia menjadikan, akun anonim instagram sebagai etalase bagi para joki untuk mencari penantang. Biasanya, para joki akan dipasangkan dengan lawan yang sepadan.