Sementara itu Bagian Data dan Informasi pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor, Hadi Saputra menjelaskan, fenomena hujan es terjadi lantaran siklus udara di angkasa.
Biasanya, hujan es terjadi melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku. Es yang terjadi pada proses ini biasanya berukuran sedang hingga besar.
Meski kadang es yang turun berukuran kecil hingga sedang, hal tersebut lantaran perubahan suhu udara saat es tersebut berjatuhan ke tanah dan atap. Proses lain yang dapat menyebabkan hujan es lantaran adanya proses pembekuan.
“Di mana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terbentuklah es dengan ukuran yang besar,” kata Hadi seperti dilansir dari metropolitan (radarbogor.id group).
Hadi menambahkan, hujan es biasanya berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis atau awan Cumulonimbus (CB) di dekat permukaan bumi. Atau bisa juga berasal dari awan multisel dan pertumbuhannya secara vertikal.
Biasanya, kejadian hujan es berlangsung singkat. Antara 3 hingga 5 menit. “Atau bisa juga 10 menit tetapi jarang. Oleh karena itu peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata,” tutupnya.(all/mtr)