Saat dibedah satu-satu dari ratusan kasus klaster keluarga , 32 persennya-nya disebabkan oleh tempat kerja atau perkantoran. Dengan kata lain, orang yang terpapar di keluarga ini, sebelumnya terpapar di perkantoran.
“Sementara 29 persen penularan dari fasilitas kesehatan, kemudian dari Jakarta dan luar kota 19 persen, acara – acara keluarga 4 persen, transmisi lokal 7 persen, sektor transportasi 2 persen serta mall, kantin dan minimarket masing – masing 3 persen,” kata Bima
Dengan demikian, lanjut Bima, data tersebut menguatkan bahwa saat ini yang paling berbahaya adalah klaster perkantoran. Karena memiliki komposisi terbesar dibanding rumah makan dan restoran yang memiliki presentasi lebih kecil.
Sehingga menurutnya, protokol kesehatan di rumah makan, restoran, atau tempat publik lainnya relatif sudah lebih baik. Pengunjung berinteraksi secara terbatas, ataupun menjaga jarak satu sama lain.
“Tetapi kalau di kantor, inilah yang sangat berbahaya. Apalagi dalam ruangan tertutup bersama – sama dari pagi sampai malam, apalagi sampai lepas masker,” sambung Bima.
Dia juga menghimbau kepada warga Kota Bogor yang bekerja di perkantoran agar dipastikan lagi prosedur yang ditetapkan.
Misalnya membatasi 50 persen pegawai yang ada di kantor. Rapat – rapat didalam ruangan juga dibatasi dan memperhatikan kembali sirkulasi udara.