Bahkan, kata Sri, jumlah pasien Covid-19 yang mengisi ruang-ruang perawatan RS di Kota Bogor hanya 50 persen. Sisanya merupakan warga dari luar Kota Bogor.
Dengan rincian, 30 persen dari Kabupaten Bogor dan 20 persen dari luar kabupaten maupun kota. Oleh karena itu, pihaknya harus menjain jejaring yang lebih luas agar semua bisa terwadahi.
“Jadi, kami harus berkoordinasi dengan jejaring rujukan bersama kabupaten. Yang ingin kita dorong juga sebenarnya adalah ruang ICU untuk Covid-19 (gejala berat). Karena jumlah yang ada sekarang janya 15 ICU dari 21 RS. Jadi, cuma beberapa RS saja,” ungkapnya.
Meski begitu, ia tetap optimis bisa mempertahankan status Kota Bogor agar tak tergelincir menjadi zona merah kembali. Ia meminta agar masyarakat juga disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Tal terkecuali dengan menghindari kerumunan.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim menyebutkan, okupansi yang melonjak itu bakal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status Kota Bogor. Bisa saja, lonjakan kasus-kasus Covid-19 membuat status Kota Bogor kembali menjadi zona merah.
“Selama tiga minggu, angka kenaikan kasus juga melonjak sangat tajam. Okupansi ruang rawat di rumah sakit (RS) mulai mencapai batasnya. Itu jadi salah satu indikator yang kalau lewat, Kota Bogor dari zona orange bisa kembali jadi zona merah,” cemasnya. (mam/c)