Klarifikasi dan Hak Jawab

0
36
ilustrasi
ilustrasi

Kami atas nama perwakilan dari kicaumania, khususnya untuk wilayah Bogor Kota juga Kabupaten, merasa keberatan dengan pemberitaan online yang dibuat oleh Saudara Alpin pin yang juga berprofesi sebagai Jurnalis dari Radar Bogor, kaerna membuat dan menyiarkan berita dengan judul “Duh, Judi Kicau Burung Di Citeureup Bikin Resah Warga”.

Dalam pemberitaan tersebut, akan sangat banyak sekali pihak-pihak yang merasa kecewa dan dirugikan, khususnya kicaumania. Untuk itu ada banyak hal yang perlu kami sampaikan perihal apa itu dunia hobi burung, dengan demikian diharapkan agar menjadi suatu pemahaman yang lengkap kepada Saudara Alpin Pin bahwa dunia perburungan bukanlah suatu ajang perjudian.

Lomba burung berkicau, juga jenis lomba burung yang lain (lomba postur pada love bird, kenari, finch misalnya, atau merpati balap) adalah ajang prestasi. Yang berhak menjadi juara atau pemenang adalah yang terbaik, yang kategori-kategorinya sudah ditentukan; bukan dari hasil undian, atau untung-untungan.

Lomba burung berkicau sudah dimulai dan dikembangkan sejak tahun 1976, sehingga kategori-kategori untuk menentukan dan membedakan mana yang kualitas dan layak menjadi juara, sudah cukup teruji.

Hobi memelihara burung berkicau sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, bahkan mungkin lebih tua dari hobi-hobi lainnya seperti pada hewan piaraan kucing, anjing, ikan hias, reptil, hingga hobi tanaman hias.

Pada semua hobi yang saat ini berkembang pesat di Indonesia itu, juga mengenal kontes, dan semua kontes terkait hobi itu pemenangnya ditentukan berdasarkan prestasi oleh team juri yang benar-benar sudah menguasi bidangnya, bukan dengan cara diundi.

Dalam perkembangannya, karena jumlah penghobi burung terus berkembang pesat, akhirnya juga menjadi bagian dari kegiatan bisnis atau sumber ekonomi bagi banyak masyarakat.

Misalnya para pengrajin sangkar dan aksesoris, pencari kroto, peternak jangkrik, produsen pakan, dan dalam perkembangan terakhir juga peternak burung itu sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat penghobi untuk menjaga kelestarian lingkungan juga semakin meningkat. Sumber-sumber atau bahan burung untuk lomba pun mulai beralih dari tangkapan alam ke burung-burung hasil breeding.

Kini banyak berkembang breeder burung lokal seperti jenis murai batu, cucak rawa, kacer, anis kembang, anis merah, pleci, branjangan, jalak, dan lainnya.

Keberadaan lomba burung yang semakin sering dan banyak jumlahnya, membuat kebutuhan akan burung itu sendiri, sangkar dan aksesoris, serta kebutuhan lainnya ikut meningkat.

Bagi masyarakat sekitar tempat lomba, juga mendapatkan dampak positif secara langsung dari sisi ekonomi, ada yang dilibatkan dalam kepanitiaan, berjualan makanan – minuman untuk para peserta, mengurus parkir, dan lainnya.

Pandemi covid, tentu saja juga mempengaruhi kegiatan lomba burung, sebagaimana aktivitas masyarakat yang lain. Sejauh ini, para penyelenggara / panitia dan para kicaumania juga selalu berusaha untuk mengikuti petunjuk/arahan pemerintah terkait penerapan protokol kesehatan.

Menggelar lomba tentu saja sudah mengikuti aturan yang berlaku di lokasi tersebut, seperti mengurus perijinan dari tingkat terendah hingga ke pihak berwenang (seperti kepolisian). Selama pandemi, untuk event-event yang mendatangkan peserta dalam jumlah tertentu juga berkoordinasi dengan Gugus Covid setempat.

Bahwa dalam pelaksanaannya mungkin ada kekurangan atau belum sempurna, tentu itu juga menjadi catatan intropeksi bagi para panitia dan kicaumania pada umumnya.

Pada prinsipinya kami para kicaumania juga sepakat, bahwa kesehatan dan keselamatan masyarakat tetaplah harus diutamakan. Kami semua siap untuk terus meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan, setidaknya sesuai standar 3M.

Bagaimana dengan yang dituduhkan bahwa lomba burung berkicau adalah ajang judi? Apakah Saudara Alpin sudah melakukan investigasi dengan begitu dalamnya, apakah sudah mengulik informasi dari sumber yang lengkap dan berimbang (all sides cover) seperti pihak panitia penyelenggara, pihak kicaumania / peserta, atau hanya menerima mentah-mentah saja laporan atau keluhan dari sebagian masyarakat yang kebetulan tidak suka dengan (lomba) burung?

Mungkin saja ada satu dua oknum penonton yang memprediksi siapa yang bakal juara sebagai taruhan. Kalau sudah bicara soal oknum, di mana saja dan pada kegiatan apa saja, juga bisa dijadikan bahan untuk taruhan atau judi. Tentu saja, sangat ceroboh kalau kemudian menyimpulkan lomba burung secara umum adalah ajang judi.

Kalau betul lomba burung adalah ajang judi, sudah barang tentu dari dulu sudah dibubarkan dan tidak akan berkembang pesat. Catat, penghobi burung itu berasal dari semua kalangan. Ada yang benar-benar sebagai penghobi, banyak di antaranya punya latar belakang pengusaha, polisi, TNI, PNS, pegawai swasta, buruh, dan profesi lainnya.

Banyak pula yang menggantungkan sepenuhnya kebutuhan hidupnya atau mata pencahariannya dari hobi burung termsuk keberadaan lomba. Seperti mereka yang bekerja sebagai juri (secara nasional jumlahnya puluhan ribu orang), pekerja EO, pengrajin tropi, perawat burung, pencari kroto, cacing, peternak jangkrik, kios-kios penjual burung dan kebutuhan pendukungnya.

Baik yang menjadi penghobi atau menjadikan hobi burung sebagai tempat menggantungkan hidupnya, banyak dari mereka adalah orang alim dan taat menjalankan agamanya masing-masing. Mana mungkin mereka akan terus terlibat di dalamnya kalau itu adalah ajang judi?

Tembusan : Bang Boy BnR
Kicaumania Bogor Raya