Buntut Kasus RS UMMI, Bima Arya Panggil Seluruh Direktur Rumah Sakit di Kota Bogor

0
45
Bima-Arya
Walikota Bogor Bima Arya saat Rapat Koordinasi (Rakor) dengan para direktur rumah sakit secara daring, di ruang kerjanya, Selasa (1/12/2020). HUMAS FOR RADAR BOGOR
Bima-Arya
Walikota Bogor Bima Arya saat Rapat Koordinasi (Rakor) dengan para direktur rumah sakit secara daring, di ruang kerjanya, Selasa (1/12/2020). HUMAS FOR RADAR BOGOR

BOGOR-RADAR BOGOR, Buntuk kasus Habib Rizieq dan RS UMMI, Walikota Bogor Bima Arya mengumpulkan seluruh Dirut Rumah Sakit di Kota Bogor, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) secara daring, Selasa (1/12/2020). Hal itu dilakukan agar kasus serupa tidak terjadi lagi di Kota Bogor.

Pada pertemuan tersebut, Bima Arya sempat mengemukakan regulasi yang membahas kode etik terkait rahasia pasien.

Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sangat menghargai kode etik tersebut. Namun Pemkot Bogor juga memiliki kewenangan untuk mengetahui, merujuk pada pasal-pasal yang diatur dalam regulasi yang terkait dalam rangka mengantisipasi wabah penyakit menular guna pendataan dan penanganan lebih lanjut.

“Diantaranya, UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Permenkes Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran dan SK Walikota Bogor No.900.45-282 Tahun 2020 tentang Penetapan Rumah Sakit yang melayani Pasien dengan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Bogor,” kata Bima Arya dalam keterangan pers yang diterima radarbogor.id Rabu (2/11/2020).

Selain itu, dalam pertemuan tersebut, Bima Arya mendengarkan penyampaikan para direktur rumah sakit soal kondisi terbaru fasilitas dan sarana prasarana penanganan pasien Covid-19, yang tersedia di rumah sakitnya masing-masing.

Salah satunya Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi, yang dua pekan lalu meresmikan enam ruang isolasi bertekanan negatif dan diperkirakan mulai beroperasi pertengahan Desember 2020.

“Atas updatenya saya sampaikan terima kasih. Mari kita rapikan, terus koordinasi yang ada. Semoga semuanya sehat lancar,” kata Bima Arya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno yang didampingi jajarannya meminta kepada rumah sakit rujukan Covid-19 yang telah ditunjuk Pemkot Bogor maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat, meningkatkan kapasitas tempat isolasi dan ICU. Pasalnya, di Kota Bogor jumlahnya masih sangat terbatas.

Tercatat, ada 21 ruang ICU atau 11 persen dari total seluruh rumah sakit. Untuk itu pihaknya meminta agar hal tersebut perlu ditingkatkan.

“Tren yang ada meningkat terus, karenanya kita juga harus meningkatkan kapasitas tempat isolasi dan ICU. Rumah sakit diharapkan kerjasamanya dalam mengupdate secara real time tentang keterisian tempat tidurnya agar memudahkan dalam mengatur,” kata Sri Nowo Retno.

Untuk permasalahan dan kendala terkait penanganan Covid-19 yang dihadapi rumah sakit, Sri Nowo Retno memintanya untuk segera dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan Dinkes Kota Bogor agar bisa segera difasilitasi dengan Kementerian Kesehatan.

“Tidak kalah penting, terkait swab test mandiri, rumah sakit diminta Kadinkes untuk melaporkan hasilnya, baik positif maupun negatif,” tukasnya (all)