Guru di Kota Bogor Terpapar Covid-19, Disdik Tak Berani Buka Sekolah

0
38
Kadisdik
Kadisdik Kota Bogor Fahrudin
Kadisdik
Kadisdik Kota Bogor Fahrudin

BOGOR – RADAR BOGOR, Pembelajaran tatap muka di Kota Bogor, terancam belum bisa dibuka tahun depan. Pasalnya, pembukaan sekolah juga bergantung terhadap angka kasus penularan Covid-19 yang ada di Kota Hujan.

Selama ini, grafik penularan Covid-19 di Kota Bogor terus menanjak. Tak tanggung-tanggung, wabah sampai melanda kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor.

Kepala Disdik, Fahrudin, menyebutkan, kantornya sempat ditutup karena penyebaran itu. Sudah empat orang di kantornya yang terpapar. Satu diantaranya telah meninggal.

Selain itu, Fahrudin juga mendapatkan laporan, lebih dari lima guru di Kota Bogor juga dinyatakan positif Covid-19. Padahal, pembelajaran di sekolah masih belum diujicobakan. Dugaannya, penularan itu berasal dari keluarga guru-guru yang bekerja di luar dan menularkannya di rumah.

Berbagai kenaikan kasus Covid-19 itu membuat Fahmi, sapaan akrab, mempertimbangkan pembukaan sekolah. Menurutnya, jika situasi saat ini terus berlanjut hingga tahun depan, pihaknya tak berani mengizinkan anak-anak berkeliaran di sekolah. Mereka khawatir pembukaan sekolah tatap muka justru menjadi klaster baru yang sulit dikendalikan.

“Kalau situasinya seperti sekarang, saya rasa tidak akan diizinkan pembelajaran tatap muka. Risikonya terlalu tinggi, baik untuk siswa maupun guru. Memang seluruh jajaran pemkot sangat hati-hati dengan ini. Jadi harus kita turunkan dulu nih, karena sekarang kecenderungannya terus naik. Artinya harus ditingkatkan lagi kesadaran masyarakat dan pengendalian Covid-19,” terangnya kepada Radar Bogor, Selasa (22/12/2020).

Ia menyontohkan, beberapa negara maju yang telah lebih dulu membuka sekolahnya malah terpaksa menutupnya kembali. Pihaknya juga belajar dari kejadian-kejadian itu. Di level nasional pun, sekolah yang baru mengadakan uji coba tatap muka bisa kena penularan wabah mengerikan itu.

Padahal, sejauh ini persiapan dari Disdik telah dilakukan semaksimal mungkin. Disdik telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, baik formal maupun non formal, hingga akhir Desember. Berlanjut pada awal Januari, mereka mengecek kesiapan dari segi infrastruktur dan sarana-pra sarana yang menerapkan protokol kesehatan (prokes).

“Kalau dari segi infrastruktur, kan mudah diadakan. Hampir aemua sekolah juga sudah menyiapkannya. Akan tetapi, pembiasaan yang harus terus dimatangkan. Karena kalau kita lihat kenyataan kan masih banyak anak-anak di lorong-lorong permumahan atau perkempungan masih belum terbiasa pakai masker,” sesalnya.

Ketua Bidang Kerja Sama Komite orang tua SMP 1 Kota Bogor, Dewi Puspasari, menyambut baik keinginan pemkot untuk membuka kembali pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Selama ini, PJJ dianggapnya kurang efektif karena banya anak yang waktu luangnya tak terpakai dengan maksimal. Tak jarang, pembelajaran lewat gawai tak begitu mendapat perhatian penuh anak-anal di rumah.

“Saya setuju kalau sekolah dibuka, tetapi ada unsur-unsur penting yang harus dipastikan. Diantaranya, daerah itu adalah zona hijau, pemkot juga mengizinkan sekolah iu, fasilitas terkait prokesnya juga sudah lengkap, dan persetujuan orang tua. Jika unsur-unsur itu sudah dipenuhi, maka bisa dibuka secara bertahap,” paparnya.

Hanya saja, kata dia, pembukaan sekolah itu tetap punya konsekuensinya sendiri. Jika semua aturan atau unsur-unsur itu telah dipenuhi, namun terjadi penularan di sekolah, maka tak boleh ada saling menyalahkan. Karena risiko semacam itu tetap selalu ada.

“Justru bagaimana kita langsung mengambil langkah tegas lagi kalau risiko untuk muncul. Tidak boleh saling menyalahkan. Kita juga wajib mengikuti aturan pemkot Bogor,” tandas perempuan yang aktif dalam komite orang tua Kota Bogor ini. (mam/c)