BOGOR-RADAR BOGOR, Kampung Sinar Harapan di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya sejauh ini menjasi wilayah yang paling parah terdampak bencana longsor di Bogor bagian barat. Total ada tujuh orang yang menjadi korban jiwa. Tiga diantaranya masih hilang belum ditemukan.
“Hujan deras kang waktu itu. Jam setengah delapan, longsor datang. Kita mah sudah ga mikir harta, mayat aja digeletakin,” sayup cerita Asep (35) salah seorang warga Sinar Harapan saat Radar Bogor temui di posko pengungsian di SDN Sukajaya 03, tadi malam.
Cerita Asep jadi prolog pembicaraan kami. Saat disambangi ke pengungsian, Asep dan belasan warga lainnya sedang khusyuk meratapi bencana dahsyat pertama yang mereka alami.
Pun di dalam ruang kelas yang mereka jadikan kamar bersama. Terdengar sayup – sayup obrolan kaum tentang longsor yang menimpa kampung mereka.
Mereka tak bisa tidur nyenyak. Terbayang gundukan tanah bercampur lumpur yang datang mendadak. Teriakan dan tangisan anak bayi seolah pertanda, mereka alami trauma yang sangat sulit reda. Cuma beralas tiker tanpa selimut, mereka susah tidur sampai nyaris tengah malam.
Asep meneruskan ceritanya. Soal korban, kampung mereka menjadi yang terbanyak jumlah korbannya. Empat korban meninggal yang sudah ditemukan, berasal dari keluarga yang berbeda. Dua laki – laki dan dua perempuan.
Tiga orang yang masih hilang adalah Amri (60), Maesaroh (25), Cici (10). Sementara empat orang yang sudah ditemukan meninggal atas nama Asti (45), Rumsah (50), Udri (22), Charlie (4).
“Banyak yang luka – luka juga, dibawa ke puskesmas. Bahkan ada yang dibawa ke RSUD Leuwiliang dan harus dioperasi karena memakan lumpur. Total 15 orang yang luka – luka,” cerita Asep lagi.
Kembali ke pengungsian, Asep mengaku saat ini ada hampir 25 orang anak – anak yang kedinginan setiap malam karena tak ada selimut.
Karpet yang menjadi alas tidur mereka saat ini cuma minjam dari majelis taklim sekitar. Alat mandi, mencuci, sampai kamar mandi menjadi kebingungan mereka sekarang. Terlebih, ada sekitar 119 orang yang mengungsi disana.
Susu untuk bayi juga kadang datang, kadang puasa. Asep jadi teringat dengan hari pertama kejadian. Dimana warga terdampak bencana hampir puasa satu hari penuh karena tak dapat pasokan makan.
“Yang disini sampai pada nangis kalau dilihatin video longsornya. Pada trauma. Ikhlas sih ikhlas, tapi warga yang kehilangan ada saja yang masih penasaran,” ungkapnya. (dka)