CITEUREUP –RADAR BOGOR, Seusai dilanda bencana alam banjir dan longsor, masalah baru mulai timbul. Kini, Pemerintah Kecamatan Citeureup, harus memutar otak untuk mencari solusi untuk membangun kembali lima desanya yang porak poranda usai diterjang badai.
Ditemui di kantor kerjanya, Camat Citeureup, Asep Mulyana mengatakan, dua hari di awal tahun 2020, sedikitnya ada 400 rumah yang mengalami kerusakan parah, Senin (6/1/2020).
Asep menjelaskan, kerusakan tersebut adalah imbas dari bencana alam terbesar ke dua setelah April 2019 silam yang juga melanda warga Citeureup. Pemerintah desa, kata dia, harus segera mungkin melakukan gerakan kebersihan di tiap saluran air agar tidak terjadi penumpukan sampah.
Selain itu, lanjut dia, gerkan pembersihan ini juga menghambat adanya sedimentasi di tiap bantaran sungai di kawasan Citeureup. “Semua Pemdes(pemerintah desa) sudah dikerahkan untuk membantu atau berupaya membersihkan titik titik wilayah terdampak itu tadi,” kata Asep kepada Radar Bogor.
Menurut Asep, bencana yang melanda wilayahnya pada pembukaan tahun ini akibat debit air dan curah hujan yang cukup tinggi di awal pekan kemarin. Akibatnya, lanjut dia, air di dua sungai yang mengelilingi wilayah tersebut meluap dan tumpah ke beberapa titik permukiman warga.
“Memang tingginya sampai satu hingga dua meter. Ini menjadi terbesar kedua setelah 2019 kemarin,” ujar
Asep menegaskan, pemerintah wilayah terdampak harus bekerja keras untuk kembali menata kembali wilayahnya masing-masing. Bukan cuma itu, Asep juga meminta warga agar mau bekerjasama dalam melakukan penataan ulang.
“Masyarakat juga harus lebih peduli lingkungan. Supaya tidak ada sampah dan sedimen itu tadi,” tegas Asep.
Asep menuturkan, bencana terparah yang terjadi di sana yakni, kawasan Perumahan Griya Anggraini yang menenggelamkan sedikitnya 15 rumah rusak akibat meningkatnya arus Sungai Cikeas di sekitaran perumahan tersebut. Selain itu, Asep menyebut, sarana dan prasarana juga menjadi sasaran cuaca ekstrem.
Sementara, Lurah Puspanegara, Suharto Surah menyebut, ada dua titik di wilayahnya yang terendam banjir. Banjir setinggi 1,5 meter, kata dia, melanda sejumlah fasilitas umum dan rumah-rumah warga. Suharto mengaku, wilayahnya memang menjadi langganan banjir di musim penghujan seperti sekarang.
Untuk itu, sambung dia, pada Musrenbang 2020 yang diperkirakan akan berlangsung pada pertengahan Januari, akan mengajukan solusi agar di musim mendatang. “Nanti kami akan ajukan solusi agar tidak lagi terdampak banjir lagi,” tutup Suharto. (rp1/c)