Sepanjang Hari Puncak Diguyur Hujan, Tempat Wisata Sepi Pengunjung

0
4015
Ilustrasi Kawasan Puncak Hujan
Ilustrasi hujan di Kawasan Puncak.
Puncak-Hujan
Ilustrasi hujan di Kawasan Puncak.

CISARUA-RADAR BOGOR, Musim penghujan, suhu di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor mencapai 18 derajat selsius. Kondisi inipun membuat sejumlah wilayah puncak diselimuti kabut.

Seperti di Kawasan Cisarua, tepatnya di Desa Tugu Utara, Desa Tugu Selatan, Desa Batulayang. Juga sejumlah lokasi wisata. Seperti di Gunung Mas, Lokasi Paralayang dan Kawasan Kenbun teh Puncak Pass.

Tebalnya kabut dan dinginya suhu ini, terjadi akibat curah hujan yang intens. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Citeko mencatat, dalam waktu dua hari kedepan, kawasan puncak diguyur hujan sejak pagi hingga dini hari.

Kondisi ini merata di lima kecamatan. Mulai dari Kecamatan Ciawi, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cigombong dan Kecamatan Caringin.

“Mulai dari hujan ringan, hujan sedang hingga hujan lokal,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Citeko, Asep Firman Ilahi, kepada Radar Bogor, Selasa (7/1/2020).

Asep memaparkan, untuk suhu terendah, terjadi pada Rabu (8/1/2020), di Kecamatan Ciawi mencapai 19 derajat selsius. Sedangkan untuk di kecamatan Cisarua, 18 derajat selsius.

Untuk di Kecamatan Caringin masih berada di suhu 20 derajat selsius. Lalu di kecamatan Cigombong 21 derajat selsius.

Sedangkan di Kecamatan Tamansari suhu terendah berada diangka 22 derajat. “Untuk hari Kamis (9/1/2020) tidak berbeda jauh,”tuturnya.

Selain itu, Asep menambahkan, dari Hasil pantauan cuaca oleh BMKG, saat ini masih belum kondusif untuk penangan pasca bencana.

Diketahui, Monsun Asia masih dengan kuat melintasi khatulistiwa. Sementara angin dari selatan masih intensif dan membentuk pola pertemuan angin memanjang, mulai dari Barat-Daya Provinsi Banten menyilang ke Timur-Laut Jawa Barat.

“Daerah pertemuan (konvergensi) ini mengindikasikan cuaca buruk di wilayah bagian Tengah Jawa Barat,”paparnya.

Kondisi ini, lanjut Asep, patut diwaspadai. Terlerbih bagi petugas dan masyarakat yang tengah melaksanakan distribusi bantuan di daerah bencana.

Selain itu, masyarakat yang tinggal di bawah perbukitan rawan longsor dan masyarakat dekat dengan bantaran sungai agar lebih berhati-hati dan waspada.

“Karena hujan yang terjadi secara terus menerus dapat membuat air tanah menjadi jenuh dan tidak tertahan lagi dalam tanah. Sehingga menyebabkan longsor dan banjir bandang. Himbauan kepada masyarakat untuk lebih waspada dan berhati-hati, mengikuti informasi cuaca resmi dari kanal-kanal informasi pemerintah dan tidak mudah percaya dengan kabar bohong (hoaks),”pintanya.

Hal senada dikatakan Camat Cisarua, Deni Humaedi. Ia meminta agar masyarakat di Kawasan puncak. Khususnya Kecamatan Cisarua harus selalu siaga.

“Kita minta juga kordinasi antar kepala desa, lurah, muspika dan masyarakt, berjalan dengan abaik. Sehingga saat terjadi bencana bisa meminimalisir korban jiwa,”tuturnya.

Pun dengan Danramil 2124/Cisarua-Megamendung, Mayor Aris. Ia pun meminta agar masyarakat yang berada di kawasan perbukitan dan rawan bencana tetap siaga. Karena bencana bisa datang kapan saja.

“Anggota pun terus berkoordinasi dengan desa dan kelurahan yang berada di kawasan Kecamatan Ciasarua dan Kecamatan Megamendung,”tutur mantan Dnramil Jonggol itu.

Selain itu, kondisi ini, berdampak pada kunjungan wisatawan di kawasan puncak Cisarua. Tercatat diawal tahun, jumlah wisata mengalami penurunan.

Seperti kawasan kebun teh Puncak Pass. Jumlah pengunjung menurun hingga 50 persen. Baik pada hari biasa, maupun saat akhir pekan.

“Biasanya hari biasa ada 120 pengunjung. Dan saat akhir pekan, bisa sampai 200 pengunjung. Namun beberapa hari ini hanya separuhnya,”tutur Mulyawan, salah satu pengelola wisata kebun teh pucak, kemarin (7/1).

Kondisi serupa terjadi pada pengunjung Taman Safari indonesia. Jumlah pengunjung awal tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan awal tahun 2019.

“Namun tidak terlalu signifikan. Rata-rata perhari 12 ribu pengunjung,” ujar Humas TSI, Yulius, kepada Radar Bogor, Selasa (7/1/2020).

Hal senada dikatakan Ketua Kompepar Puncak, Teguh Mulyana. Pria yang akrab disapa Bowi itu mengaku jumlah wisatawan di Kawasan puncak menurun.

“Musim hujan ini mempengaruhi. Terutama di lokasi wisata alam. Ini memang selalu terjadi saat musim hujan,” tukasnya. (all/c)