Puncak Dituding Jadi Penyebab Banjir, Pengelola Villa Diminta Menghadap Camat

0
301
Vila di Puncak
Salah satu vila di Puncak. Hendi/Radar Bogor
Vila-di-Puncak
Salah satu vila di kawasan Puncak. Hendi/Radar Bogor

CISARUA–RADAR BOGOR, DRPD Kabupaten Bogor merasa sakit hati, atas statement yang dilontarkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, yang menyebutkan penyebab terjadinya banjir di wilayah Jabodetabek, dikarenakan oleh kurangnya resapan air di bagian hulu, dalam hal ini kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.

Tanggapan berbeda dilontarkan Camat Cisarua, Deni Humaedi. Ia justru setuju dengan apa yang disampaikan Mendagri.

Deni membenarkan, puncak sebagai area utama resapan air, saat ini telah berubah dengan semakin banyaknya lahan yang disulap menjadi pemukiman.

Tentu, kata dia, hal tersebut dikarenakan kawasan puncak memang semakin didominasi oleh bangunan-bangunan, seperti hotel, villa dan permukiman lainnya.

Maka dari itu, pihaknya pun akan segera memanggil semua element, seperti pemerintah desa, pengelola hotel dan villa, juga Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor untuk meningkatkan kualitas resapan air di masing-masing wilayahnya.

“Saya akan undang seluruh pihak, semua yang bertanggung jawab atas lingkungan, untuk mengecek di tempat masing-masing, bagaimana daya resap air di lingkungan mereka,” ujar Deni kepada Radar Bogor ketika ditemui di kantornya, Rabu (8/1/2020).

Ia juga akan mengulas mengenai kegiatan yang akan dilakukan terkait pengelolaan lingkungan masing-masing, seperti tata kelola air, sampah dan pengelolaan lingkungan.

“Intinya kita akan buat program-program peningkatan kualitas daya serap masing-masing tempat. Tapi dijadikan serius, bukan hanya seremonial saja. Hal ini butuh koordinasi dan kerjasama yang solid, dari semua pihak, untuk kepentingan besama,” tegas Deni.

Nantinya, Deni ingin mengisi lingkungan kantor-kantor desa dan lingkungan hotel dengan lubang resapan biopori, sebagai upaya awal tata kelola air.

Yang terpenting, Deni menambahkan, pemeliharaan lubang biopori tersebut harus terus dilakukan, agar terasa manfaatnya bagi lingkungan di Cisarua. Pihaknya juga akan melakukan pengawasan langsung kepada pihak-pihak hotel dalam hal pengawasan lubang biopori tersebut.

“Kita awasi langsung, lalu kemudian nanti diikuti oleh kegiatan-kegiatan serupa dalam hal tata kelola air,” pungkasnya. (cr2/c)