IPB University Paparkan Hasil Kajian Pengembangan Wilayah Bogor Raya

0
55
IPB
Kepala Pusat Pengkajian Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB University, Ernan Rustiadi dan tim memaparkan hasil kajiannya di hadapan Wali Kota Bogor, Bima Arya di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Rabu (15/01/2020).
IPB
Kepala  P4W IPB University, Ernan Rustiadi dan tim memaparkan hasil kajiannya di hadapan Wali Kota Bogor, Bima Arya di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Rabu (15/01/2020).

BOGOR-RADAR BOGOR, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sejak tahun lalu menggandeng IPB University melakukan kajian mengenai pengembangan wilayah Bogor Raya.

Kajian ini bertujuan untuk memahami posisi dan peran Kota Bogor dalam konteks Jabodetabek dan Mega Urban Jawa Barat serta rencana pemindahan Ibu Kota.

Kepala Pusat Pengkajian Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB University, Ernan Rustiadi dan tim memaparkan hasil kajiannya di hadapan Wali Kota Bogor, Bima Arya di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Rabu (15/01/2020).

Menurut Ernan, Kota Bogor dan wilayah Bogor Raya berada di kawasan yang tengah mengalami pengkotaan yang masih tumbuh cukup pesat membentuk Mega Urban Region, pusat aglomerasi penduduk dan ekonomi nasional.

Namun pada saat yang sama kawasan ini tengah mengalami degradasi dan berbagai ancaman bencana lingkungan.

“Jika mampu meningkatkan daya tariknya, Kota Bogor dapat mengakses peluang pasar dari konsumen dengan potensi dari masa dengan tingkat pendapatan relatif menengah tinggi,” katanya.

Dalam skala regional, wilayah Bogor Raya unggul dalam industri manufaktur, MICE, pertambangan dan galian regional serta pertanian. Kota Bogor memiliki keunggulan sebagai kota MICE dan sektor properti.

Sementara, dalam skala regional, Kota Bogor mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif tertinggi dan berkualitas (IPM, tingkat kemiskinan), namun disertai tingkat pengangguran terbuka dan ketimpangan tinggi.

Menyinggung rencana pemindahan Ibu Kota negara kata Ernan, diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian kawasan Jabodetabek. Sebab, dalam perspektif Mega Urban, Kota Bogor secara relatif merupakan kota paling mandiri dan terkena dampak terkecil.

“Pengalaman negara lain seperti Australia, Brazil, Pakistan pemindahan ibu kota tidak menggeser sentralitas ekonomi,” katanya.

Wali Kota Bogor, Bima Arya mengemukakan, kajian ini merupakan riset pendahuluan yang kaya data dan sangat penting. Pasalnya, penelitian ini diarahkan untuk pemetaan kawasan Bogor Raya berikut antisipasi mengikuti tren yang ada.

“Ini adalah bagian awal dan selanjutnya akan dipaparkan yang fokus berkaitan secara administratif, kewenangan kepala daerah, karena banyak sekali potensi yang bisa digali,” ujar Bima Arya.

Selain itu, hasil kajian ini bisa mengetahui tren pengkotaan atau urbanisasi dan kawasan kumuh, sehingga Pemkot Bogor bisa mengintervensinya langsung.

Bima Arya mengutarakan, rencana pemindahan Ibu Kota dapat disimpulkan dalam kajian ini bahwa Kota Bogor dapat dikatakan sebagai kota yang mandiri dengan berbagai potensi yang dimilikinya, karakter dan lainnya. Apalagi sektor jasa dan properti terus berkembang di Kota Bogor.

“Artinya pemindahan Ibu Kota bisa menimbulkan peluang. Jadi kita bisa memanfaatkan struktur ekonomi pasca pemindahan Ibu Kota,” jelasnya. (Prokopim :fla/indra-SZ)