Kuatkan Heritage City, Pemkot Bogor Bakal Tata Prasasti Batutulis hingga Museum Perjuangan

0
158
Batutulis
Wali Kota Bogor Bima Arya meninjau sejumlah lokasi peninggalan sejarah di kota hujan, Rabu (15/1/2020).
Batutulis
Wali Kota Bogor Bima Arya meninjau sejumlah lokasi peninggalan sejarah di kota hujan, Rabu (15/1/2020).

BOGOR-RADAR BOGOR, Wali Kota Bogor Bima Arya meninjau sejumlah lokasi peninggalan sejarah di kota hujan, Rabu (15/1/2020).

Ada dua titik yang dituju Bima Arya saat meninjau bersama jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Titik pertama Prasasti Batutulis di Bogor Selatan lalu dilanjutkan ke Museum Perjuangan di Bogor Tengah.

Di Prasasti Batutulis, Bima Arya mendapatkan penjelasan mengenai sejarah singkat situs tersebut didampingi juru kunci Prasasti Batutulis Sutirman. “Kami ingin agar situs-situs yang ada di Kota Bogor mulai diperhatikan. Kita kan membangun yang baru seperti Lawang Salapan, Lawang Suryakencana, sebelumnya juga sudah ada Tugu Kujang. Tapi kita ingin agar yang sudah ada, yang menggambarkan betapa dahsyatnya sejarah Kota Bogor itu mulai kita perhatikan,” ungkap Bima.

Untuk itu, lanjut Bima, Pemkot Bogor akan melakukan penataan menyeluruh di kawasan ini, termasuk di dalamnya akan ada Museum Pajajaran. “Kami amankan dulu dari segi aspek cagar budayanya, ada Perwali, ada Perda. Lalu bukan saja situs-situs purbakalanya tetapi juga bangunan-bangunannya. Sebetulnya saya sudah minta beberapa tahun yang lalu, memang kendalanya ini tidak sepenuhnya dikelola oleh kita,” jelasnya.

Sejauh ini, situs tersebut masih dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Tapi kita anggarkan tahun ini juga untuk melakukan desain. DED-nya ada di APBD, kita gambar tahun ini kita ingin juga melibatkan budayawan dan komunitas ingin seperti apa,” kata Bima.

Bima menilai kondisi Prasasti Batutulis sudah terlalu sempit. Untuk itu, ia meminta jajaran Disparbud Kota Bogor untuk melakukan komunikasi terkait penataan ini dengan pihak kementerian, budayawan, sejarawan hingga warga sekitar.

“Kalau saya melihat secara pribadi ini terlalu sempit. Kunjungannya juga terlalu sedikit. Jadi, satu bulan hanya 100 orang yang datang, padahal filosofinya luar biasa  di sini. Ini peninggalan yang luar biasa, kerajaan terbesar di nusantara. Perlu lahan parkir di sini. Perlu museum di sini. Perlu kita kumpulkan artefak yang berserak disini,” ujarnya.

Selain penataan kawasan, di tempat ini juga perlu dilakukan penelitian pengembangan, seperti misalnya bagaimana sebetulnya tata ruang ibukota Kerajaan Pajajaran di sini. “Apakah betul di sini atau di tempat lain. Lalu bagaimana keterkaitan dengan Kebun Raya, Mbah Jepra dan lain sebagainya. Masih banyak misteri yang belum terungkap dan sejarah yang belum dipecahkan. Jita fokus ke sini. Kita mulai dengan menganggarkan dulu,” tandasnya.

Bahkan, jika memungkinkan Bima Arya ingin memindahkan dua sekolah yang letaknya bersebelahan dengan Prasasti Batutulis, yakni SDN Batutulis 2 dan 3. “ Saya malah berpikir dan merencanakan sekolah ini direlokasi ke tempat yang lebih memungkinkan, lokasinya juga di sini crowded, parkirnya dan terlalu dipinggir jalan membahayakan murid. Jadi kalau bisa direlokasi kemudian kita bangun untuk museum yang lebih besar Museum Pajajaran bisa di sini. Tahun ini kita mulai desainnya dulu. Termasuk nanti yang dulu sempat ramai Sumur 7 kita akan komunikaskan lagi. Jadi kawasan terintegrasi menyeluruh,” jelasnya.

Peninjauan kemudian dilanjutkan ke Museum Perjuangan di Bogor Tengah. Hal tersebut dilakukan untuk melestarikan nilai sejarah masa-masa perjuangan yang pernah terjadi di Kota Bogor.

“Semua tentu tahu sangat menyayangkan melihat kondisi museum seperti ini. Hambatannya karena memang bukan aset pemerintah kota. Ini dikelola oleh yayasan. Karena itu beberapa tahun terakhir kita mencoba mencari jalan keluarnya. Sekarang Pemkot ingin mengambil alih ini. Tidak mungkin kita membiarkan seperti ini. Banyak nilai sejarah di dalamnya,” ungkap Bima.

Sebetulnya, kata Bima, ada dua cara yang bisa dilakukan dalam menata Museum Perjuangan ini, pertama adalah kemitraan dan yang kedua adalah mengambil alih pengelolaan. “Tapi paling ideal diambil alih, supaya kita bisa membangun ini secara fisik. Ini nanti kemudian dibangunkan kembali, lokasi di pusat kota bagus sekali. Kita anggarkan untuk membangun ini tapi tahapannya harus dikelola dulu oleh Pemkot. Nanti Disparbud akan berkomunikasi dengan yayasan dan keluarga pahlawan,” pungkasnya. (prokompim)