BOGOR-RADAR BOGOR, Ratusan warga terdampak proyek double track atau jalur rel ganda kereta api (KA) Bogor-Sukabumi di Kecamatan Bogor Selatan, masih menunggu uang kerohiman tahap dua yang dijanjikan Kementrian Perhubungan (Kemenhub).
Warga Terdampak Double Track di Bogor Selatan Mulai Tinggalkan Rumah
Pantauan Radar Bogor di Kampung Batu Tulis RT 03/07, seluruh warga terdampak hingga kini masih bertahan menempati rumah yang nantinya, bakal menjadi lahan pembangunan rel ganda.
“Kami juga sedang menunggu kabar kelanjutannya (pembayaran kerohiman, red). Dua kelurahan di Cipaku dan Empang belum ada pencairan,” ujar Ketua RT 03/07 Ikhsan Ramadan kepada Radar Bogor, Senin (20/1/2020).
Menurutnya ada tiga RT yang terdampak, kata dia, paling banyak berada di RT 3 yakni lebih dari 70 kepala keluarga (KK), sisanya tersebar di RT 01 dan 02. Menurut Ikhsan yang juga menjadi korban rel ganda itu menyebutkan, jika pertemuan terakhir dengan PT KAI dilakukan sekitar pertengahan 2019.
“Saat itu mereka soaialisasi mau pengukuran dan September ada pertemuan kembali, di Oktober dilakukan pengukuran dan seharusnya Desember pencairan tapi tertunda karena dananya belum ada,” ucapnya.
Saat ini, kata dia, warga masih mengharapkan adanya dana kerohiman yang disebut-sebut akan dicairkan di Februari mendatang.
“Tapi belum ada kepastian, penundaan ini memang sangat mengganggu psikologis, yang terbangunkan mau dibongkar, sudah ada yang sakit warga bahkan masuk IGD,” tuturnya.
Ikhsan menyebut jika warga mengharapkan bantuan dari Pemerintah Kota Bogor untuk membantu mengajukan permohonan pembangunan rumah melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau melalui RTLH.
“Ada 70 KK tetapi itu secara keseluruhan RW yang ada di sini, yang masuk BSPS di sini ada 70 KK dan 20 KK mengajukan program RTLH,” ucapnya.
Ada dua lahan yang bisa menjadi pilihan warga sebagai tempat relokasi yakni di Jalan Lodaya, Kelurahan Rangga Mekar, dan Bojongkerta, Kecamatan Bogor Selatan.
Berbeda dengan kondisi di Kampung Neglasari, Kelurahan Cipaku. Hampir tak ada hiruk pikuk aktivitas warga yang berada di kawasan tersebut, hanya ada beberapa pemborong yang membongkar sisa-sisa material rumah yang masih bisa dimanfaatkan untuk dijual.
Di kawasan tersebut, ratusan rumah sudah tak berpenghuni dan sebagian besar kondisinya tinggal puing-puing bangunan.
“Sudah dua minggu, pastinya sejak awal Januari warga sudah mulai direlokasi, Mereka yang meninggalkan bangunan sudah dapat dana kerohinan, saya bantu juga warga pindahan sebagian ke Pamoyanan,” ujar Salah satu warga, yang tak terkena dampak pembangunan rel ganda, Andri (34).
Menurutnya, di Kampung Neglasari RT 03/01 sudah tak ada warga yang menempati tempat tinggalnya, hanya saja ada satu warga yang saat ini masih bertahan lantaran belum ada penggantian uang kerohiman.
Wartawan koran inipun menemui Nanang Mulyana (58). Ia merupakan satu-satunya warga yang belum mendapatkan uang kerohiman di Kampung Neglasari, padahal warga yang lain sudah meninggalkan rumahnya yang terkena dampak.
“Tinggal saya yang belum dapat penggantian, saat didata nama saya belum masuk list, tapi saya dijanjikan agar menunggu kabar untuk pembayaranya. Saya masih bertahan dirumah, sedangkan anak dan istri saya sudah diungsikan terlebih dahulu kerumah orang tua,” tukasnya.
Nasibnya hingga kini masih terkatung-katung, ia tak ingin bernasib sama dengan tetangganya, meninggal dunia karena stroke.
Saat dikonfirmasi, Camat Bogor Selatan, Hidayatullah mengakui jika ada warga terdampak yang belum mendapatkan uang kerohiman. “Sampai saat ini kita masih menunggu (Kemenhub,red),” tukasnya. (ded/c)