Jadikan Lanud ATS Bandara Komersil, Pemkab Butuh Tujuh Aspek Kajian

0
290
Helikopter milik Lanud ATs bersiap terbang ke Pandeglang untuk melaksanakan operasi pertolongan.
Helikopter milik Lanud ATs bersiap terbang ke Pandeglang untuk melaksanakan operasi pertolongan.

CIBINONG-RADAR BOGOR, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor terus berupaya untuk menjadikan Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaja sebagai bandara komersil.

Masuk Studi Kelayakan, Lanud ATS Menuju Bandara Komersil

Sebagai langkah awal, Pemkab wajib memasukan rencana tersebut ke dalam kajian yang lebih detail.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah masih menunggu penyampaian hasil kajian yang dikirim ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Gubernur Jawa Barat.

Meskipun, Syarifah tak bisa memastikan berapa lama birokrasi tersebut bakal ditempuh. Keinginan besar untuk membangun bandara sendiri, kata dia, memang harus dimulai dengan langkah – langkah kecil.

“Selama ini kita punya ATS dan belum memanfaatkan secara maksimal. Ya mulai sekarang lah dari langkah kecil itu,” tegas Syarifah pada Radar Bogor.

Kajian yang sudah dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) Univesity tersebut, belum termasuk dengan grand desain ataupun peta rencana pembangunan. Ada tujuh aspek yang menjadi pengkajian Pemkab Bogor.

“Tujuh aspek itu sebagai persyaratan untuk kita bawa ke tingkat provinsi maupun pusat. Kita hanya mengusulkan dan menyampaikan ini loh potensinya. Untuk perpanjangan runway juga kan kita sudah bekerjasama dengan ATS. Usulan itu akan berbeda jika bangun (bandara) dari nol dan eksisting,” urainya.

Di tempat terpisah, Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menjelaskan bahwa Pemkab Bogor sejatinya harus menerima segala resiko jika tetap ingin membangun bandara sendiri. Tak hanya wilayah kabupaten, namun juga wilayah sekitarnya. Semua harus menerima kebijakan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

“Yang berarti ada pembatasan pembangunan gedung tinggi di sekitar kawasan bandara. Terus ada zona yang harus bebas dalam permukiman, jadi ada radius zona bandara landasan pacu. Ada kawasan keselamatan penerbangan, itu yang harus difikirkan matang,” terang Yayat.

Makanya, sambung Yayat, kajian harus dilakukan komperehensif. Belajar dari bandara di pulau Jawa yang sudah dibangun sebelumnya, justru beberapa tak memberikan efek positif bagi wilayah maupun masyarakatnya.

“Kan begini, bangun bandara ini kan bukan sekedar bangun bandara. Tapi dari segi bisnisnya, ada gak pasarnya? Artinya kita berharap sih jumlah penumpang yang diharapkan, mau memanfaatkan dan mengunakan bandara ATS,” jelasnya.

Terlebih saat ini, pemerintah juga sedang merencanakan untuk membangun bandara Cikembar di Sukabumi. Apakah kemudian jika Bogor dibangun bandara jaraknya akan terlalu dekat sehingga dapat mengganggu air navigation nantinya.

“Lalu kemudian siapa yang mau investasi awal, apakah kementerian atau Angkasa Pura misalnya. Anggarannya juga besar meskipun hanya tinggal penataan,” tutupnya. (dka/c)