Air Keruh Diduga Jadi Penyebab Santri di Jonggol Keracunan

0
160
Ilustrasi Keracunan
Ilustrasi Keracunan
Ilustrasi Keracunan
Ilustrasi Keracunan

JONGGOL-RADAR BOGOR, Puluhan santri SMA Pondok Pesantren Madinatul Quran, Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor yang mengalami keracunan beberapa waktu lalu diduga akibat air yang di konsumsinya usai menyantap makan malam di dapur umum milik pesantren.

Usai Makan Sore, Puluhan Santri di Jonggol Tumbang Keracunan

Menurut Kabid Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Dedi Syarif, berdasarkan sampel yang akan diperiksa yakni bistik daging sapi, sayur kangkung dan air minum, indikasi kuat para santri keracunan karena dari air minum yang tidak jernih.

“Indikasi kita sebagian besar mengarah ke air minumnya yang menjadi penyebab, karena dilihat di samplenya bahwa airnya tidak jernih. Termasuk air yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut,” ucap Dedi.

Dilihat dari beberapa kejadian, kata Dedi, di pondok pesantren memang kebanyakan air minum yang digunakan berasal dari sanitasi air tanah yang di suling atau di filterisasi. Sehingga siap minum. Hal itu dilakukan karena memang beberapa faktor. Salah satunya jumlah santri yang tidak sedikit.

“Kebanyakan pesantren karena memang banyak santrinya jadi mereka tidak membeli air galon dan sebagainya, tetapi mereka mengambil air tanah yang disuling sampai siap minum. Padahal seharusnya diperiksa secara reguler mulai dari kadar kaporit, asam, bakteri dan sebagainya,” tegas dia.

Kedepan, sambung dia, pihaknya akan melakukan penyuluhan agar pihak pondok pesantren bisa lebih teliti terhadap air yang akan dikonsumsi.

“Nanti mereka bisa memeriksakan secara reguler air minumnya kalau memang mengambil air minum dari tanah yang disuling,” tuturnya.

Disisi lain, Dedie membeberkan bahwa jumlah santri yang masih mendapatkan perawatan medis cukup banyak. Antara lain delapan santri yang dirawat di Puskesmas Jonggol, 24 santri rawat inap di RSUD Cileungsi, satu santri di IGD dan 18 santri lainnya sudah diperbolehkan pulang.

“Karena masih ada 20 santri di pesantren yang mengeluhkan hal serupa, akhirnya kita membuka posko Dinas Kesehatan bersama Puskesmas Jonggol juga disana,” pungkas Dedi. (rp1/b)