Bima Arya Ingin Kebun Raya Bogor Kuatkan Tiga Identitas

0
62
KRB
Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi narasumber dalam bincang santai bertajuk ‘500 Tahun Konservasi Tumbuhan: Batu Tulis Hingga Kebun Raya Bogor’ di Bentara Budaya, Jakarta, Jumat (14/2/2020).
KRB
Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi narasumber dalam bincang santai bertajuk ‘500 Tahun Konservasi Tumbuhan: Batu Tulis Hingga Kebun Raya Bogor’ di Bentara Budaya, Jakarta, Jumat (14/2/2020).

BOGOR-RADAR BOGOR, Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi narasumber dalam bincang santai bertajuk ‘500 Tahun Konservasi Tumbuhan: Batu Tulis Hingga Kebun Raya Bogor’ di Bentara Budaya, Jakarta, Jumat (14/2/2020).

Dalam kegiatan yang dipandu Nitia Anisa ini, turut menghadirkan narasumber lainnya, seperti Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI Hendrian, Rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono, Peneliti Antropologi Eko Baroto Walujo dan Fathi Royyani.

Menurut Bima, saat ini Pemkot Bogor berkolaborasi dengan Kebun Raya Bogor (KRB) dan LIPI untuk menguatkan tiga identitas yang sama, yakni Kota Pusaka (Heritage City), Kota Hijau (Green City) dan Kota Cerdas (Smart City).

“Kami saling menguatkan identitas Kebun Raya yang sama dengan identitas Kota Bogor. Jadi tiga-tiganya itu ada di Kebun Raya dan ada juga di Kota Bogor. Itu poin pertama,” ungkap Bima Arya.

Poin kedua, lanjut Bima, KRB ini sedang berjuang untuk mendapatkan status sebagai world heritage site dari UNESCO. “Prasyaratnya banyak tapi kita optimis, kita bisa lengkapi itu,” katanya.

Poin selanjutnya yang dibahas adalah mengenai penataan yang dilakukan oleh KRB harus sinkron dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor. “Kita sudah tata sekelilingnya, pedestriannya, tetapi ke depan juga kita akan berkolaborasi dalam banyak hal, bukan saja penataan secara fisik, tapi riset-risetnya. Kita ingin gali apakah betul Kebun Raya ini 200 tahun, jangan-jangan sudah 5 abad. Makanya perlu kolaboratif riset yang dilakukan oleh Pemkot, LIPI dan Kebun Raya,” ujarnya.

Bima menambahkan, pihaknya bersama para budayawan, akademisi dan komunitas saat ini mulai menyusun bersama-sama terkait rencana menata kawasan Batutulis. “Ini juga misteri besar, sampai sekarang sejarawan dan budayawan di Bogor berdebat tidak berhenti. Dimanakah lokasi Ibukota Kerajaan Pakuan Pajajaran? Apakah di Batutulis? dan ada sebagian percaya di Istana Bogor,” jelas dia.

“Di Batutulis ada bukti-buktinya, tetapi yang di Istana ada juga referensinya. Tidak mungkin Belanda buat istana di sini tanpa referensi sejarah. Batutulis sama juga, tidak mungkin Bung Karno buat Istana Batutulis tanpa referensinya. Dan bukti-buktinya banyak. Kemudian saya bersama komunitas dan budayawan keliling, inventarisir, ada di rumah-rumah penduduk tersebar temuan-temuan situs-situs ini. Ini akan panjang karena menguak misteri yang harus dibuktikan secara saintifik,” tambahnya.

Bima berharap, ada kajian yang serius terhadap upaya ini. “Ini urusan Batutulis, urusan Kebun Raya juga kita ingin sekali sinergi. Saya senang berapa bulan terakhir, sudah ada progres yang luar biasa mulai dari penataan sampai kedepannya kita ingin betul bahwa kebun raya ini bukan hanya sekedar tempat konservasi, tetapi disitu juga bisa berkembang menjadi destinasi wisata. Bagi saya bukan soal PAD, tapi bagaimana kita berkolaborasi supaya kebun raya menguatkan identitas yang dimiliki Kota Bogor,” tandasnya.

Dalam diskusi tersebut, Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI Hendrian mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Bogor di bawah kepemimpinan Bima Arya terhadap keberlangsungan Kebun Raya Bogor.

“Banyak sekali yang sudah dilakukan oleh Pemkot Bogor juga Pak Bima Arya yang memberikan support luar biasa kepada kami. Selain soal nominasi, misalnya ya kalau main ke Kebun Raya beberapa tahun terakhir ada pedestrian yang luar biasa. Pedestrian itu membuat Kebun Raya sekian level lebih keren dari sebelumnya,” ungkap Hendrian.

Terkait usulan menjadi situs warisan dunia (world heritage site) kepada UNESCO, kata Hendrian, Kebun Raya Bogor tidak hanya penting dari sudut pandang penelitian, konservasi tumbuhan, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan, tetapi juga sarat dengan aspek sejarah, budaya, ekonomi dan tata kota.

Kebun Raya Bogor memiliki koleksi tanaman yakni 213 famili, 1.202 genus, 3156 spesies dan 12.141 spesimen tumbuhan. “Kami sedang melengkapi dokumen-dokumen persyaratan untuk pengusulan itu dan menargetkan penyelesaian kelengkapan dokumen dan pengumpulan dokumen ke UNESCO pada September 2020. Salah satu dokumen yang perlu dan segera dilengkapi adalah penetapan Kebun Raya Bogor sebagai cagar budaya nasional,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Mitra Natura Raya Hendra Noor Saleh mengungkapkan bahwa diskusi para ahli, akademisi dan Wali Kota Bogor tersebut diharapkan bisa semakin membuat banyak orang ingin ke Bogor, khususnya Kebun Raya untuk lebih jauh mengeksplorasi. PT Mitra Natura raya sendiri merupakan perusahaan pengelola Kebun Raya Bogor.

“Saya ingat awal tahun 2020, saya mendampingi Pak Wali ke tempat area makam Mbah Jepra, kita melihat amorphophallus titanum ketika itu, disitu kami ditunjukan ada susunan batu yang diduga ini adalah cikal bakal Samida atau apapun namanya. Kalau ini terbukti 500 tahun, sebetulnya KRB ini bisa memecahkan rekor sebagai kebun raya tertua di dunia,” jelas Hendra Noor.

“Banyak mitos yang ada di sana, ada orang lewat jembatan merah pasti pasangan yang melintas itu biasanya putus (cinta). Tapi ada juga pohon, kalau di sana berfoto dengan pasangan, bisa berjodoh. Banyak sekali mitos lainnya. Dan menurut saya biarkan mitos tetap menjadi mitos karena banyak sekali devisa mengalir ke luar negeri salah satunya adalah manneken pis yang ada di Belgia. Itu hanya patung yang sedang buang air kecil, tapi bisa mendatangkan jutaan orang tiap tahun hanya berdasarkan mitos. Kenapa mitos kita yang banyak ini tidak dijual menjadi sebuah daya tarik?,” pungkasnya. (prokompim)