Forum Diskusi Inspiratif Yayasan Vinus Maju, Dari Desa Menuju Bogor Berjaya

0
118
Forum Diskusi Inspiratif Yayasan Visi Nusantara Maju dengan Pakar dan Peneliti di kantor sekretariat VINUS Maju, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (18/2/2020).
Forum Diskusi Inspiratif Yayasan Visi Nusantara Maju dengan Pakar dan Peneliti di kantor sekretariat VINUS Maju, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (18/2/2020).

BOGOR-RADAR BOGOR, Anom Surya Putra, seorang pakar sekaligus peneliti yang bergelut dalam isu desa dan pemberdayaan masyarakat diundang hadir bersilaturahmi dengan seluruh pimpinan dan pengurus Yayasan Visi Nusantara (VINUS) Maju di kantor sekretariat VINUS Maju, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (18/2/2020).

Thesis hasil penelitian Anom yang belum lama ini telah dibukukan dengan judul “Ponggok: Memuliakan Desa Melalui BUM Desa” dibedah dengan santai namun sarat dengan nilai-nilai empirisme yang sangat actual dan mengakar dan dipaparkan dengan sangat menginspirasi oleh Anom dihadapan pimpinan Yayasan Visi Nusantara Maju.

VINUS dan Kesadaran Lingkungan
Diundangnya seorang pakar dan peneliti isu desa oleh VINUS bukan sekadar silaturahmi biasa, lebih jauh, VINUS memiliki program prioritas tahun 2020 tentang pemberdayaan masyarakat desa baik dari segi kualitas sumber daya manusianya termasuk pengembangan potensi ekonomi kreatif yang akan memperkuat desa dan warganya.

Dalam beberapa perencanaan program prioritas VINUS dalam lima tahun ke depan, beberapa diantaranya adalah Bogor Recycle City – program yang bertujuan untuk menjaga kesehatan lingkungan dengan menjadikan sampah produksi rumah tangga sebagai bahan utama berbagai usaha kreatif masyarakat.

Karena melihat tidak sedikit truck sampah yang rajin berlalu lalang dengan semerbak bau busuk yang mau tidak mau tercium dan dihirup oleh public Bogor sepanjang jalan menuju Galuga, Kabupaten Bogor sebagai tempat penampungan sampah yang pengelolaannya pun tidak signifikan berdampak pada masyarakat, sebaliknya, merugikan dalam segi kesehatan lingkungan serta nilai estetika di jalan yang dilewati.

Karena tidak jarang, beberapa tumpukan sampah yang sudah basah dan busuk itu berhamburan ke jalan raya yang kemudian memberikan bau busuk yang sangat mengganggu pejalan kaki dan pengendara.

VINUS melihat kondisi ini harus bisa diubah menjadi sebuah peluang positif dalam rangka kemaslahatan public. Dalam hal ini, VINUS bermitra dengan Yayasan Al-Famiah dari Pamekasan sebagai lembaga kreatif yang sudah padat dengan pengalaman pengelolaan lingkungan secara professional dan berdampak.

Dari Desa untuk Indonesia dan Dunia
Selain program pengelolaan sampah yang berdampak pada lingkungan, VINUS melihat desa sebagai ruang sosial yang menjadi kekuatan utama serta sebagai konstruksi dasar sebuah negara yang bisa berkembang dan maju.

Maka penguatan sumber daya manusia di desa adalah sebuah keniscayaan yang harus secara terus menerus dilakukan dalam upaya untuk tetap bisa menjadi masyarakat yang relevan dengan konteks perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.

Jika hal ini tidak dilakukan, sesuai dengan paparan dalam buku Homo Deus karya Yuval Noah Harari, mereka yang tidak mampu bersinergi dengan perubahan akan menjadi kelompok yang tidak lagi relevan (useless society).

Dengan kesadaran atas realitas diatas, maka VINUS mendesain program penguatan SDM desa dengan menggandeng Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) LPPM IPB dengan konsentrasi program pada potensi kreatif dan pariwisata desa yang akan menjadi nilai tawar ke depan untuk menjadikan Bogor sebagai magnet untuk para wisatawan, sejarawan, dan para peneliti dengan berbagai kekayaan alam dan sejarahnya.

Anom Surya Putra dan Ponggok
Dalam paparannya di depan pimpinan yayasan VINUS, Anom menyampaikan bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUM DESA) merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan memiliki semangat gotong royong untuk kemajuan dan kesejahteraan desanya.

Menurutnya, nilai gotong royong memiliki makna yang mendalam. Bahwa dalam semangat hidup warga desa, makan atau tidak makan, yang penting bisa berkumpul bersama. Sehingga satu warga dengan warga yang lainnya bisa terus membangun ikatan kekeluargaan secara lebih kuat. “Makan nggak makan sing penting ngumpul. Nanti ketika ngumpul ada yang belum makan, bisa dibantu yang lain dengan spirit gotong royong,” terangnya.

Spirit gotong royong semacam diatas itulah yang tidak boleh luntur dalam relasi sosial kehidupan masyarakat desa, alih-alih mengalami pergeseran menjadi warga yang hidup secara individualistik yang disekat oleh tembok-tembok modernitas dan mengubur tradisi. Anom masih meyakini bahwa kolektivitas masih dan akan terus menjadi energy abadi yang mempersatukan masyarakat desa.

Salah satu desa dimana Anom menjadi bagian dari proses pembinaan yang dilakukan secara serius adalah desa Ponggok, Klaten, Jawa Tengah yang dibuat menjadi sebuah magnet wisata sampai ke dunia internasional.

Bahkan tidak main-main, pendapatan yang dihasilkan dari spot wisata Ponggok ini tidak bisa dikatakan biasa. Pada tahun 2013 menghasilkan pendapatan sebesar 600 juta, tahun berikutnya 2014 sebesar 1 miliar, tahun 2015 naik menjadi 6 miliar, 2016 kembali naik menjadi 10 miliar, dan semakin meningkat di 2017 sebesar 16 miliar hingga mencapai puncak tertingginya pada 2018 yakni 30 miliar.

Adapun jumlah rata-rata pengunjung yang datang ke wisata Ponggok sebanyak 400-500 ribu wisatawan local dan mancanegara dalam setahun. Suksesnya desa Ponggok yang memiliki tempat wisata yang kemudian menjadi salah satu BUM DESA, tidak lepas dari ide dan kreativitas masyarakatnya yang dibantu oleh pihak dan para pakar yang sama-sama memiliki visi serupa dalam hal pemberdayaan untuk memuliakan masyarakatnya.

Menurut Anom, BUM DESA dibentuk dan dikelola demi kepentingan bersama, bukan dalam rangka mengkapitalisasi asset public untuk kepentingan individu, keluarga, atau kelompok kecil yang kontra terhadap pemberdayaan.

Paparan Anom tentang desa Ponggok ini memantik peserta forum diskusi untuk bertanya sekaligus memberikan apresiasi berikut pendapat terkait desa Ponggok yang sangat khas dan bernilai wisata tinggi ini.

Seperti Daniel Zuchron yang merupakan pembina Yayasan Visi Nusantara Maju, menginginkan kesuksesan yang diraih desa Ponggok ini bisa ditularkan ke desa-desa lain di seluruh wilayah Indonesia dengan tiap-tiap potensi dan kekhasan desa masing-masing agar bisa bernilai edukasi, historis, sekaligus wisata dan menjadi daya tarik untuk melihat Indonesia lebih dalam dengan aneka keindahan alam dan kekayaan budayanya.

Dalam konteks tertentu, Daniel ingin Bogor sebagai kawasan yang dekat dengan Ibu Kota, bisa menjadi destinasi wisata semua kalangan, khususnya mereka yang merindukan suasana alam yang riuh dan menggembirakan, berkumpul bersama keluarga, melihat nilai-nilai luhur warisan budaya.

Sehingga menurut Daniel, manusia tidak bisa hidup hanya dengan bekerja, pulang, bertemu keluarga secara singkat, dan kembali bekerja. Masyarakat layak dan harus bahagia salah satunya dengan melihat tempat tinggalnya bisa menjadi destinasi wisata berbagai kalangan tanpa mencerabut akar tradisi nusantara yang agung dan penuh kedamaian.(*/pin)