BOGOR – RADAR BOGOR, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor masih terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru honorer. Tahun ini, anggaran yang disediakan untuk menggaji para “pahlawan tanpa tanda jasa” itu mencapai angka Rp12 miliar.
Kawin Kontrak, Ras Baru di Puncak, dan Misteri Tulisan Villa vs Vila
Anggaran itu berasal dari APBD Kota Bogor. Meski begitu, nominal itu tentu belum sebanding dengan jumlah sebaran guru honorer di berbagai tingkatan, baik Sekolah Dasar (SD) maupun sekolah menengah. Hal tersebut diakui Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Fahrudin.
Ia mengatakan, kebutuhan tenaga pendidik cenderung meningkat setiap tahun. Pasalnya, para guru berstatus ASN pensiun hampir setiap bulan. T
ak adanya pengangkatan guru ASN yang baru, tentu membuat pihak pemkot harus memutar kepala demi menambal kekurangan itu. Salah satunya melalui corong guru honorer.
“Angka guru honorer memang cenderung mengalami peningkatan tiap tahun. Karena dari mana lagi kita mengisi kekosongan tenaga pendidik yang pensiun kalau bukan dari mereka tenaga honorer. Makanya kita berupaya meningkatkan kesejahteraannya dari tahun ke tahun,” paparnya saat dikonfirmasi Radar Bogor, Kamis (20/2/2020).
Ia optimis, kesejahteraan guru honorer tahun ini bisa lebih tinggi dibanding sebelumnya. Bahkan, kata Fahmi, sapaannya, bisa saja tembus di atas 50 persen.
Kenapa? Karena selain anggaran dari APBD yang bertambah dari tahun lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) juga telah menyiasatinya lewat kebijakan baru alokasi dana BOS.
“Ditambah lagi, dana BOS juga naik Rp100 ribu per siswa, kan. Artinya, peluang itu (kesejahteraan guru) pasti ada. Di sisi lain, kita harus menekan pengeluaran di sektor yang lain, misal perawatan. Itu yang bisa disiasati (demi menyejahterakan guru honorer),” cetusnya.
Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) daerah Kota Bogor, Wulan Widaningsih pun berharap kesejahteraan guru honorer bisa benar-benar menjadi perhatian serius. Itu lantaran, kualitas peserta didik juga secara tidak langsung berpengaruh dari kesejahteraan gurunya.
“Jika penghasilannya memadai, mungkin banyak yang akan lebih berkomitmen ya. Karena kebutuhan guru di sekolah itu darurat. Memang kurang guru, untung ada teman honorer. Tapi, selanjutnya memang harus ada standar, seperti harus S1, pendidikannya linear, dan berdedikasi tinggi. Karena kalau tidak ada, ya kacau kan nanti,” tandasnya. (mam/c)