Sampah Liar di Parung Makin Sulit Dikendalikan, UPT Kekurangan Armada

0
60
Sampah-Liar
Petugas kebersihan UPT Pengolahan Sampah saat sedang membersihkan sejumlah sampah yang berceceran dijalanan.
Sampah-Liar
Petugas kebersihan UPT Pengolahan Sampah saat sedang membersihkan sejumlah sampah yang berceceran di jalanan.

PARUNG-RADAR BOGOR, Keberadaan tempat pembuangan sampah liar di kawasan Parung dan sekitarnya semakin sulit dikendalikan.

Unit Pelaksana Teknis Pengolahan Sampah Wilayah V Parung pun sampai kewalahan mengatasi jumlah sampah liar yang berada di lima Kecamatan itu.

Kondisi tersebut diperparah dengan jumlah armada yang tidak ideal, menyebabkan volume sampah terus meningkat.

Diungkap Kepala UPT Pengolahan Sampah Wilayah V Parung, Enceng, pihaknya saat ini hanya memiliki 19 armada pengangkut sampah, untuk disebar ke lima kecamatan yang ada di Parung. Sementara idealnya, pihaknya memiliki 40 armada, agar tiap kecamatan ditangani oleh 8 armada.

“Asalnya kita hanya punya 11 armada. Tapi ada penambahan tahun kemarin, mendapat 8 armada. Tapi kalau idealnya 40 armada, jadi satu kecamatan ditangani 8 armada,” ucapnya kepada Radar Bogor, Selasa (3/3/2020).

Ia pun berharap, Pemkab melalui dinas terkait bisa menganggarkan pengadaan armada. Meski, dari infromasi yang ia terima, bahwa tahun ini tidak ada penambahan armada. Padahal, tahun ini, ada peningkatan target pendapatan disetiap UPT mencapai dua kali lipat. Atau berkisar Rp 1,4 miliar, dari sebelumnya Rp 991 juta dalam satu tahun.

“Tapi kita harus mengikuti aturan, meskipun tidak sebanding dengan jumlah armada, akan tetap dimaksimalkan kendaraan yang ada supaya sampah bisa diangkut,” cetusnya.

Untuk itu, terpaksa, pihaknya, kata Enceng, harus mengadakan sayembara penghargaan bagi supir yang melampaui target, dalam pengangkutan sampah yang melebihi target.

“Dalam satu minggu, setiap supir wajib mengangkut sampah liar dan saya mengeluarkan surat tugas, tak hanya itu, jika bisa melampaui target, saya berikan reward untuk motivasi para supir,” katanya.

Upaya lain yang dilakukan, menurut Enceng, pihaknya juga saat ini sedang mengkaji mengenai pengangkutan sampah warga, yang selama ini baru setengahnya, atau 50 persen yang bisa dilayani. Ia juga mengaku, kesadaran masyarakat akan sampah yang masih minim juga menjadi kendala. (nal/c)