BOGOR-RADAR BOGOR, Warga Kota Bogor, diminta meningkatkan kewaspadaannya terhadap serangan wabah Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, berdasarkan catatan RSUD Kota Bogor, sejak Januari hingga Februari 2020, tercatat ada sekitar 50 pasien yang terjangkit penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aides Aegypti tersebut.
Sementara di awal Maret, sudah ada lima kasus DBD dengan tiga orang dirawat. “Maret ini baru 5 kasus dan 3 orang sedang dirawat,” ujar Humas RSUD Kota Bogor, Taufik Gleno seperti dikutif dari metropolitan.id, Senin (9/3).
Saking berbahayanya, kasus DBD di Kota Bogor sampai memakan korban jiwa. Dua orang warga Sempur meninggal dunia, salah satunya bocah berumur enam tahun.
Warga Lebak kantin RT 01/06, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor itu meninggal dunia pada 6 Maret. Korban sempat mengalami demam yang tidak berkesudahan selama kurang lebih lima hari.
Ayah korban, Haris mengatakan, awalnya sang anak mengalami demam biasa. Ia kemudian membawanya ke Puskesmas Sempur. “Untuk rujukan sih ke Puskesmas Telkom, tapi karena cari yang lebih dekat jadi di Puskesmas Sempur,” ungkap Haris.
Korban sempat ditangani di RS Ummi, Kota Bogor. Menurutnya, sebelum dibawa ke RS Ummi, putrinya sempat dibawa ke puskesmas. Namun saat itu belum didiagnosa DBD lantaran harus menunggu cek darah bila dalam tiga hari panas tak kunjung turun.
“Setelah sehari-dua hari tidak ada perubahan, kita bawa ke rumah sakit biasa. Di sana tindakannya sama, didiagnosa demam biasa,” terangnya.
Setelah itu, korban dibawa menginep di rumah ibunya di daerah Ciapus. Di sana, kondisi korban makin parah. Si anak tak sanggup bangun. “Kemudian dibawa ke RS Ummi dan diambil sampel darahnya, ternyata DBD,” ungkap Haris.
Sementara itu, Lurah Sempur, Marissa, kembali menggalakkan kegiatan Jumat Bebersih (Jumsih). Langkah ini dilakukan untuk menghindari agar warganya tak ada lagi yang terjangkit DBD
“Jadi semenjak ada warga kami yang meninggal, itu sangat mencoreng nama baik Kelurahan Sempur. Tapi saya langsung mengumpulkan RT, RW dan elemen masyarakat untuk kembali menggalakan Jumsih,” ujar Marissa.
Dari hasil kegiatan Jumsih, ternyata Marissa mendapati jentik nyamuk saat ini lebih banyak berada di dispenser. Sementara masyarakat masih tidak peduli untuk membersihkan jentik-jentik nyamuk dan masih terfokus pada pemberantasan nyamuk besarnya saja.
“Jadi jentik nyamuk di dispenser, tidak hanya aides aegypti saja, bisa jadi jentik nyamuk yg menyebabkan filariasis, cikungunya dan lain-lain,” jelasnya.
Ia berharap, jumsih yang dilakukan membuat masyarakat lebih peduli terhadap lingkungannya sendiri. “Mudah-mudahan ke depan warga lebih peduli terhadap lingkungannya sendiri,” pungkasnya. (dil/b/fin)