Operasional Dibatasi, Omset Pasar Tradisional di Bogor Turun Hingga 15 Persen

0
234
Pasarr
Pembatasan jam operasional di Pasar Cicangkal Rumpin dimanfaatkan dengan penyemprotan disinfektan. FOTO : JAENAL/RADAR BOGOR
Pasarr
Pembatasan jam operasional di Pasar Cicangkal Rumpin dimanfaatkan dengan penyemprotan disinfektan. FOTO : JAENAL/RADAR BOGOR

RUMPIN – RADAR BOGOR, Ratusan pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bogor terkena dampak langsung mewabahnya Virus Corona atau Covid – 19 yang membuat omset penjualan mereka turun hingga 15 persen.

Tercatat ada tiga pasar yang dikelola PD Pasar Tohaga mengalami penurunan. Dikatakan Dirut PD Pasar Tohaga, Haris Satria, penurunan omset pasar di kisaran 15 persen khususnya pasar yang dikelola pemerintah.

“Ada tiga pasar yakni Cisarua , Cigombong, dan Cicangkal di Rumpin mengalami penurunan cukup drastis,” kata Haris kepada Radar Bogor Rabu (1/4/2020).

Ia menambahkan, upaya terus dilakukan agar para pedagang tak kehilangan mata pencaharian. Semisalnya, kata dia, lewat program Mitra Tohaga Online (Mitoha) yang sangat efektif.

“Banyak pesanan melalui program Mitoha. Meskipun ada penurunan yang jelas program Mitoha terus dilakukan supaya jumlah pengunjung tetap ada meski ada pemberlakuan jam operasional,” tambahnya

Hal yang sama dikatakan Kepala Pasar Jasinga Muhamad Iqbal yang mengaku, pemberlakuan jam operasional memang cukup mempengaruhi penurunan jumlah pengunjung pasar yang datang.

“Hari ini (kemarin;red) sudah mulai agak menurun aktifitas di pasar sekitar 10 persen sampai 20 persen,” ucapnya.

Menyoal keputusan presiden tentang pembatasan jam operasional pasar rakyat, menurutnya, dalam kondisi saat ini cukup sulit bagi pedagang namun sederet upaya tetap dilakukan.

“Setiap hari kami umumkan melalui pengeras suara kalau pasar bakal tetap buka seperti biasa dan kebanyakan pembeli lebih mencari sembako, mie instan hingga bumbu untuk stok persediaan setiap harinya,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Pasar Cicangkal Rumpin, Beni menambahkan, penurunan jumlah pengunjung terjadi setelah pemberlakuan jam operasional. Meski begitu pihaknya mengaku tetap memaksimalkan waktu yang diberikan.

“Kalau jumlah pengunjung sejak diterapkannya pembatasan jam keluar rumah sudah mulai terasa perbedaannya jadi ada penurunan cukup signifikan,” cetusnya

Beni juga mengungkap, per 30 Maret penurunan pengunjung bahkan menyentuh angka 35 persen hingga 40 persen. Pun kata Beni, pihaknya telah melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh pasar.

“Kami juga membantah adanya pemberitaan bahwa pasar tutup,” tegasnya.

Hingga saat ini, Beni mengaku, sembako masih jenis komoditi yang paling dicari. Sementara pakaian belum terlalu ramai, berbeda dengan tahun sebelumnya.

“Biasanya di tahun sebelumnya penjualan di April mulai ramai, cuma tahun ini masih sepi,” tandasnya. (nal/c)