BOGOR-RADAR BOGOR, Mempertaruhkan nyawa hingga rela meninggalkan keluarga. Sepenggal cerita perjuangan tenaga medis dalam perang melawan Covid-19 itu menginspirasi Anggun Pesona Intan Puspita.
Pendiri Yayasan Terminal Hujan ini pun tergerak menggalang aksi donasi bersama komunitas Ibu-Ibu Kota Hujan dan Communicaption membantu para tenaga medis dan pemerintah.
Anggun, mengaku merasa sangat sedih ketika mengetahui ada banyak dokter yang gugur ‘berperang’ melawan Covid-19. Padahal, di balik gugurnya para dokter, turut gugur juga kemampuan dan pengetahuan yang tidak bisa direplika dan jauh lebih penting dibanding perekonomian.
“Kami menyayangkan itu. Tapi karena semua sudah terlanjur, enggak ada yang bisa dilakukan lagi. Sekarang alhamdulillah pemerintah mulai tanggap. Kita sebagai warga juga berusaha meringankan tugas mereka,” ujarnya saat berbincang dengan Radar Bogor, Selasa (21/4/2020)
Dia pun menginisasi gerakan #Bogor Lawan Corona dengan menggalang donasi untuk para tenaga medis. Uang yang dikumpulkan dari donasi itu digunakan untuk membeli alat pelindung diri (APD), handcsanitizer, sarung tangan, minuman bervitamin dan berbagai bantuan medis lainnya.
“Donasi yang kami lakukan tidak hanya berfokus pada rumah sakit rujukan Covid-19, tetapi juga rumah sakit lain sebagai instansi kesehatan pertama yang dikunjungi pasien,” bebernya.
Dia menyebut, donasi yang sudah terkumpul untuk sementara berjumlah lebih dari Rp40 juta. Donasi tersebut telah menghasilkan empat tahap bantuan ke rumah sakit yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor.
“Banyak rumah sakit yang terlihat sangat senang ketika menerima bantuan. Bahkan ada satu rumah sakit yang mengaku belum pernah sekalipun mendapat bantuan,” beber dia.
Anggun pun mengutip isi konten media sosial seorang temannya yang ditujukan bagi masyarakat umum agar dapat bertindak lebih bijaksana terkait penyebaran Covid-19.
Dalam konten tersebut menyebutkan, sebenarnya garda terdepan itu bukanlah dokter, melainkan orang tua. Mereka yang harusnya bisa membantu untuk mengedukasi orang-orang di rumahnya supaya tidak keluar.
“Ini isi konten instagram temen saya. Namanya kak Devi. Dari situ kita harus sadar bahwa garda terdepan melawan Covid-29 ya kita orang-orang di rumah. Dokter-dokter merupakan garda terakhir, kalau bisa enggak ada yang masuk rumah sakit,” jelasnya.
Anggun, mengimbuh hasil donasi yang sudah terkumpul selanjutnya akan digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terdampak dan kehilangan sumber mata pencaharian imbas masifnya penyebaran Covid-19.
“Kami lagi berusaha untuk mulai identifikasi satu-satu kebutuhan apa saja. Apalagi menjelang puasa dan lebaran,” ucapnya.
Tak hanya dari komunitas di Bogor, inisiatif publik juga datang dari Karang Taruna Jawa Barat. Mereka bersama sejumlah organisasi lain turut terlibat aktif dalam menyosialisasikan berbagai hal yang terkait dengan virus corona.
”Kami ada empat tugas dari gubernur. Yang pertama dan paling penting, sosialisasi,” ujar Ketua Karang Taruna Jabar Subchan Daragana
Kedua, papar Subchan, disinfeksi. ”Kami sumbangkan salah satunya drone, tapi ini tidak bisa menjangkau gang-gang kecil,” ungkap Subchan.
Drone hanya bisa digunakan di titik-titik yang areanya cukup lebar. Karang Taruna Jabar pun turun tangan untuk bisa membantu penyemprotan disinfektan dengan model fogging.
Selain itu, Karang Taruna Jabar mengembangkan program yang merupakan arahan ketiga dari gubernur: Program Bantu Satu Ajak Dua atau B1A2. Program itu dirancang untuk menjaga roda perekonomian tetap berputar.
Banyak warga yang memiliki usaha sedang terengah-engah saat ini karena lesunya ekonomi dan daya beli masyarakat. Nah, satu anggota Karang Taruna Jabar bisa membantu salah satu tetangga yang kondisi ekonominya sedang sulit serta mengajak dua orang lain yang dikenal.
”Bantuannya bisa berupa sumbangan uang, beras, sembako, dan lain-lain,” kata Subchan.
Karang Taruna Jabar mengerahkan setidaknya 10 sampai 20 orang di setiap RW. ”Di Jabar ada 80 ribu lebih RW. Artinya, relawannya kurang lebih 500 ribu orang,” jelas Subchan. (cr4/jpg/c)