BOGOR-RADAR BOGOR, Kota Bogor telah memasuki musim hujan. Sayangnya, curahan air dimana-mana bukan berarti pasokan air bersih juga bisa terus terjaga.
Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan, Ade Syaban Maulana mengatakan, musim hujan juga memberikan tantangan dan kendala tersendiri bagi PDAM. Pasalnya, hujan yang ekstrem justru mengganggu proses penjernihan air yang selama ini diprakarsai mesin-mesin canggih PDAM. Lantaran tingkat kekeruhan air juga meningkat.
Kekuatan pengolahan air bersih milik PDAM Tirta Pakuan punya keterbatasan. Mereka hanya bisa menampung kekeruhan tertinggi di rentang 600-1.000 NTU (Nephelometric Turbidity Units). Sumber air baku yang mereka pakai dominan air permukaan, dari dua sungai besar, yakni Ciliwung dan Cisadane.
“Nah, kalau hujan sedang ekstrem, kekeruhan itu bisa sampai 4.000 NTU. Malah kemarin ada yang sampai 8.000 NTU. Inilah yang agak berat karena untuk menyaring lumpur atau sedimentasi itu butuh waktu semakin lama,” terang Ade kepada Radar Bogor.
Tak jarang, kekeruhan itu juga mempengaruhi kerja mesin yang menyiapkan air bersih. Jika kekeruhan sudah sangat ekstrem, debit air terpaksa diturunkan kapasitasnya. Itu untuk mengimbangi kualitas air bersih yang akan keluar dan dimanfaatkan masyarakat dan pelanggan. “Bisa dibayangkan kalau tingkat kekeruhan 4.000-8.000 NTU, mau gak mau kita kurangi,” tekannya.
Oleh karena itu, hujan tak selalu menjadikan pengolahan air minum punya banyak suplai. Menurut Ade, hujan sebenarnya bisa menjadi aset jika semua pengelolaannya sudah benar-benar terpadu.
“Kita ini serba salah. Kemarau tidak ada air, musim hujan malah kita tahan-tahan air. Makanya, kita sebenarnya cenderung lebih suka kalau hujan biasa-biasa saja,” tutupnya. (mam)