Kisah Penjual Tahu Nyentrik Asal Sukaraja, Setiap Jualan Lengkap dengan Jas dan Dasi

0
55
Hikam Abdul Manan saat jualan tahu keliling. Hendi/Radar Bogor
Hikam Abdul Manan saat jualan tahu keliling. Hendi/Radar Bogor

SUKARAJA-RADAR BOGOR, Banyak hal yang bisa dilakukan agar bisnis yang dijalaninya laris manis, terlebih di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya melalui srategi marketing dalam menjual makanan. Misalnya berdandan nyentrik agar pembeli tertarik.

Seperti yang dilakukan Hikam Abdul Manan. Penjual tahu keliling asal Sukaraja, Kabupaten Bogor ini tengah menjadi idola ‘emak-emak’ lantaran penampilannya bak pegawai kantoran. Hikam merupakan seorang penjual tahu keju keliling yang menarik. Saat sitemui, ia mengenakan pakaian jas dengan motif bubery.

Ia cukup menjadi perhatian karena penampilannya. Dalam keseharianya, Hikam berjualan tahu memakai pakaian seperti karyawan kantoran dengan kemeja, dasi, celana kain, jas dan sepatu pantofel.

Pria asal Bandung itu terbilang masih muda, ia baru menginjak usia 21 tahun. Tapi, gayanya saat jualan tahu membuat banyak orang mengacungkan jempol.

Karena itulah ia banyak dikenal, tak hanya disekitar warga Kampung Kebon Kalapa, Kecamatan Sukaraja saja, beberapa fotonya banyak berseliweran di jagat maya. Apalagi, dirinya sempat viral pada saat berjualan di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Sebelum masa pandemi mampu memproduksi tahu sebanyak 500 kilo, tetapi karena pandemi Covid-19, kini tahu tersebut hanya mampu di produksi sebanyak 100 hingga 200 kilo perhari.

Selain terdampak pandemi juga tingginya harga bahan baku tahu menjadi kendala dalam memproduksi tahu. Namun terlahir dari keluarga pembisnis tahu, tak membuat pandemi Covid-19 semangat jadi surut. Hikam memantapkan diri untuk melanjutkan tonggak estafet bisnis tahu keluarga.

Hikam dibantu delapan orang pekerja memproduksi tahu. “Sebelum saya mengelola tahu ini, dulu sempat jualan kurang lebih tiga tahun. Tapi tahunya ngambil dari orang, saya yang jual,” ujar Hikam, Senin (14/12/2020).

Namun, karena dirinya sudah memiliki basic dari orang tua dan keluarhanya. Ia mantap untuk melanjutkan usaha tahu keluarga. Sebelum memiliki pabrik produksi tahu sendiri, Hikam mesti menabung dari hasil jualan tahunya selama tiga tahun.

Hikam (21) perajin tahu asal Kampung Kebon Kalapa, sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Senin (14/12/2020). Hendi/Radar Bogor

Dipilihnya tahu sebagai fokus usahanya, lantaran tahu merupakan salah satu makanan yang merakyat di masyarakat. Selain harganya yang terjangkau, tahu diyakininya mampu masuk ke segala segmen pasar.

“Tahu itu kan makanan pokok, semua kalangan pasti masuk karena harganya terjangkau. Kebetulan dari nenek moyang keluarga fokusnya tahu, semua keluarga juga bisnis tahu,” ucapnya.

Dari hasil jualan tahu itu, ia tabung sampai akhirnya memiliki pabrik dan karyawan sendiri. Untuk memikat para pembeli, Hikam mengenakan pakaian kantoran saat proses penjualanya.

Pun saat proses pembuatannya, Hikam mewajibkan kedelapan pegawainya untuk menggunakan jas, layaknya pegawai kantoran saat mengolah bahan baku hingga menjadi tahu.

“Saya pikir bagus juga kalau pake jas, buat pembeda dari yang lain. Makannya saya intruksikan kepada para pegawai dan marketing untuk memakai jas, biar beda dengan tahu yang lain dan jadi identitas kita juga biar tampil beda,” katanya.

Dalam satu pekan, biasanya kedelapan pegawai Hikam menggunakan jas di hari-hari tertentu. Yakni hanya pada Senin, Rabu dan Sabtu. Sementara di hari lainya, rencananya Hikam akan menyediakan pakaian batik. “Kesannya biar lebih elegan. Jadi kerja tahu rasa kerja kantoran,” cetusnya menambahkan.

Penggunaan jas saat prosesi pembuatan tahu, sudah dijalaninya lebih dari dua bulan ke belakang. Rencananya, selain jas almamater, ia juga akan menyediakan baju tambahan, agar lebih memperkuat identitas tahunya, yang sudah terkenal sebagai tahu kantoran.

Salah satu produk yang juga nyentrik ia berinama tahu keju enjoy. Tahu miliknya memiliki sejumlah keunggulan dari tahu lainnya yang ada di pasaran.

“Kualitas kami beda dengan yang dipasaran. Tahu kami lebih lembut, gurih, tanpa bahan pengawet. Warna kuningnya juga dari kunyit, dan mampu tahan tiga hari,” paparnya.

Tahu-tahu buatannya di jual dalam satu kantong plastik berisikan 10 tahu. Ia jualnya dengan harga Rp8 ribu perkantung. Biasanya, Hikam menjual tahun buatannya di sejumlah pasar tradisional di Jabodetabek. Namun, kondisi pandemi Covid-19, ia hanya menjualnya di sejumlah pasar tradisional di Bogor saja.

Hikam menceritakan soal Pamdemi Covid-19 yang juga menghantam bisnis tahunya. Sebelum Covid-19 melanda, dalam satu hari dirinya bisa memproduksi 5 kwintal bahan tahu.

Namun karena Covid-19, dalam satu hari ia hanya memproduksi 1 kwintal bahan tahu, yang bisa menghasilkan 4000 potong tahu. “Omset dari 5 kwintal tahu bisa mencapai Rp7 sampai Rp8 juta perhari. Kalau selama Covid-19, paling omset perhari hanya mencapai Rp3 sampai Rp3,5 juta rupiah dari bahan baku 1 kwintal bahan tahu,” katanya.

Dirinya berharap covid-19 segera berakhir. “Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berakhir. Agar target 2021 saya bisa terwujud,” tukasnya.(ded)