Puncak Sepi, Begini Curhatan Pelaku Pariwisata hingga PSK

0
38
Puncak-Sepi
Suasana lalu lintas di Kawasan Puncak yang tampak lengang, Senin (28/12/2020). ARIFAL/RADAR BOGOR
Puncak-Sepi
Suasana lalu lintas di Kawasan Puncak yang tampak lengang, Senin (28/12/2020). ARIFAL/RADAR BOGOR

CISARUA-RADAR BOGOR, Akhir tahun 2020 tinggal menghitung hari. Namun perayaan pergantian tahun kali ini nampaknya akan banyak yang berbeda.

Tak terkecuali di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Apalagi, Pemkab Bogor melarang perayaan pergantian malam pergantian tahun 2021.

Alasannya, Covid-19 masih menjadi pandemi. Juga status Puncak, Kabupaten Bogor yang kini berada di Zona Merah.

Ditambah aturan dadakan bagi wisatawan luar Bogor yang ingin menikmati akhir pekan di kawasan puncak, harus membawa hasil rapid antigen.

Ya, sejak libur Natal 2020, setiap hari wisatawan dihadang secara acak. Tak bawa hasil rapid antigen diminta putar balik.

Hanya mereka yang beruntung lolos pemeriksaan di Simpang Gadog yang bisa melenggang berwisata ke kawasan Puncak.

Tidak hanya itu, wisatawan yang memadati wisata gratisan kebun teh di Puncak juga dibubarkan paksa. Mereka diminta pulang jika tidak bawa hasil tes rapid antigen.

Untuk PKL, bernasib sama. Jika sebelumnya dibiarkan menggelar lapaknya di trotoar sepanjang kebun teh Gunung Mas, kini mereka dibubarkan Satpol PP bersama dengan Polisi.

Bahkan, saat ini lalu lintas menuju kawasan Puncak nampak lengang. Senin (28/12/2020) pagi hingga siang Hari, Jalan Raya Puncak lancar tak ada kepadatan.

Kecepatan kendaran bisa di atas 40 kilometer per jam. Tidak ada petugas yang mondar mandir mengawal kendaraan yang terjebak macet.

Pun di setiap pertigaan yang biasanya dijaga ketat lantaran kerap macet tidak nampak. Simpang Pasir Angin Megamendung misalnya. Tidak ada kemacetan di sana.

Pemandangan yang kontras palagi jika dibandingkan dengan akhir tahun 2019 lalu.

Kondisi inipun berdampak pada seluruh sendi-sendi kehidupan sejumlah pelaku bisnis pariwisata di kawasan puncak. Baik itu mereka yang sekedar berjualan kopi pinggir jalan maupun restoran. Jasa vila kamar hingga hotel. Semua terdampak.

Tak ada geliat wisata yang terasa akhir tahun 2020 ini. Kondisi inipun membuat sejumlah pengusaha hotel di kawasan Puncak tak menargetkan keuntungan di malam pergantian Tahun Baru 2021 nanti.

Hal itu lantaran kesehatan masyarakat jauh lebih penting. Juga libur akhir tahun 2020 ini tidak dijadikan target PHRI Kabupaten Bogor.

“Dalam kondisi pandemi yang belum selesai, kita menganggap libur akhir tahun sekarang tidak dijadikan target pendapatan seperti libur akhir tahun sebelumnya,” ujar Wakil Ketua PHRI Kabupaten Bogor Boboy kepada radarbogor.id Senin (28/12/2020).

Kondisi ini jelas membuat kawasan Puncak seperti mati suri. Mengingat wilayah Selatan Kabupaten Bogor itu berpangku pada sektor pariwisata. Tak ada wisatawan tak ada cuan.

Kondisi Puncak saat ini juga berdampak pada tingginya jumlah pengangguran. Dengan tidak adanya wisatawan membuat warga Puncak yang berpangku pada wisatawan hanya bisa berdiam.

“Kemarin masih bisa jualan kopi, lumayan bisa kasih makan anak sama istri. Cuman sekarnag kan gak boleh jualan lagi,” keluh Dadang warga Desa Tugu selatan saat ditemui radarbogor.id Senin (28/12/2020).

Ia dan pedagang kaki lima lainya kini jadi pengangguran. Tidak bisa berjualan.

“Kemarin sebelum dilarang Alhamdulilah bisa bawa Rp100 ribu bersih buat orang rumah. Sekarang banyak yang diam di rumah. Paling saya besok mau jual keliling saja,” tuturnya.

Kondisj Puncak sepi ini juga tak hanya mempengaruhi mereka yang mencari jalan rejeki secara halal. Para PSK juga ikut terdampak. Itu lantaran vila-vila yang dijadikan lokasi mereka menjajakan diri sepi.

RA misalnya. PSK berusia 30 tahun itu mengaku kehilangan pelanggannya. “Jauh dari tahun lalu. Yang sewa villa banyak. sering nemenin. Sekarang benar-benar sepi,” akunya kepada radarbogor.id.

Iapun mengaku, saat ini mengandalkan media sosial untuk mendapatkan pria hidung belang. “Iya, via medsos. Di kontrakan. Gak di vila,” akunya. (all)