JAKARTA-RADAR BOGOR,Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sepanjang 2019 sebesar 2,72 persen karena pemerintah mampu menjaga stabilitas harga terutama komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices).
“Harga-harga relatif terkendali terutama dari sisi administered prices,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Suhariyanto mengatakan inflasi dari administered prices sepanjang 2019 hanya tercatat sebesar 0,51 persen dibandingkan tahun 2018 sebesar 3,36 persen.
Inflasi dari harga diatur pemerintah pada 2019 ini juga lebih rendah dari inflasi inti sebesar 3,02 persen dan inflasi bergejolak (volatile food) sebesar 4,3 persen.
“Tahun lalu, masih ada kenaikan harga bensin yang menyumbang andil inflasi 0,26 persen dan tarif angkutan udara 0,10 persen, yang tidak lagi menjadi penyumbang inflasi 2019,” katanya.
Berdasarkan data BPS, komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi nasional 2019 di antaranya emas perhiasan 0,16 persen dan cabai merah 0,15 persen.
Selain itu, tarif sewa rumah dan bawang merah masing-masing 0,10 persen serta ikan segar, rokok kretek filter dan nasi dengan lauk masing-masing 0,09 persen.
Kemudian, tarif kontrak rumah memberikan andil 0,08 persen, serta bawang putih dan upah asisten rumah tangga masing-masing 0,06 persen.
Sebelumnya, BPS mencatat laju inflasi pada Desember 2019 sebesar 0,34 persen karena tingginya kenaikan harga bahan makanan menjelang akhir tahun.
Inflasi tertinggi terjadi di Batam sebesar 1,28 persen dan terendah di Watampone 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Manado 1,88 persen dan deflasi terendah di Bukittinggi dan Singkawang masing-masing 0,01 persen.
Dengan pencapaian ini, maka inflasi sepanjang tahun 2019 tercatat sebesar 2,72 persen atau masih di bawah target 3,5 persen. (ant)