JAKARTA-RADAR BOGOR, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menganalogikan, ketegangan yang dihadapi antara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Indonesia di Laut Natuna saat ini seperti pertengkaran antara kakak beradik. Atas dasar itu, dia yakin tidak akan ada dampak ekonomi signifikan yang timbul akibat ketegangan tersebut.
“Enggak ada. Kakak beradik kan suka juga gesekan,” ujarnya saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (8/1).
Luhut melihat, meski persoalan Natuna kembali mencuat, dia memastikan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Tiongkok tetap terjaga. Sejauh ini, lanjut Luhut, Tiongkok tidak pernah menghentikan kerja sama apapun dengan Indonesia.
“Tiongkok pun tak pernah minta men-trade off kedaulatan kita. Antara investasi, enggak ada urusan dengan itu. Kedaulatan is kedaulatan,” jelasnya.
Terkait ketegasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjaga kedaulatan negara, Luhut tetap melihat persoalan Natuna sebagai proses diplomasi yang panjang. Luhut pun kembali memuji Tiongkok yang selama ini sangat kooperatif dengan pemerintah Indonesia dalam berbagai hal seperti investasi, teknologi, dan lingkungan hidup.
“Kalau kita selalu membuat berita tidak clear, tapi ini saya klarifikasi, kita tidak ada sama sekali G to G (government to government) dengan Tiongkok. Tiongkok sangat kooperatif dengan kita (business to business). Saya kira (hubungan) dengan Tiongkok bagus saja,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melihat persoalan Natuna merupakan masalah pelanggaran hukum. Hal ini tentu menjadi ranah aparat penegak hukum.
Sedangkan dalam hal investasi, tugas BPKM hanyalah meyakinkan investor untuk tetap menanamkan modalnya di Indonesia. Sebab saat ini, iklim dan prospek investasi di Indonesia cukup positif.
“Sekali lagi saya mengatakan bahwa investasi dengan persoalan Natuna dua hal yang berbeda,” pungkasnya.(JWP)