Tak Ada Lagi Kuburan Elektronik di Halaman Rumah

0
82
Tampilan muka aplikasi BGR Access besutan PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics. (Apps)
Tampilan muka aplikasi BGR Access besutan PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics. (Apps)
Tampilan muka aplikasi BGR Access besutan PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics. (Apps)
Tampilan muka aplikasi BGR Access besutan PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics. (Apps)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Pekan lalu saya berkunjung ke rumah teman lama di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Banyak yang berubah. Jalan gang depan rumahnya ditinggikan, pun dengan bangunannya. Sebab jika tidak, maka air hujan dari jalanan yang lebih tinggi dan got yang penuh akan bertamu.

Berbincang di teras rumahnya, Rahma, nama si kawan tadi bercerita, kamar depan yang kini ditinggikan itu dulunya adalah pekarangan rumah. Di sanalah, sekitar 20 tahun lalu, kakeknya biasa mengubur elektronik rusak atau tak terpakai.

Saya pun bertanya mengapa tak diperbaiki atau diloakkan saja. Mungkin akan berguna bagi orang lain, di sisi lain dia dapat tambahan uang jajan. “Siapa yang tahu cara memperbaiki atau cara mengoperasikannya? Atau ke mana harus meloakkan barang-barang seperti ini? Mungkin kakek tidak ada ide waktu itu,” jawabnya.

Betul juga. Elektronik yang dibuang kebanyakan bukan produksi dalam negeri. Kakek Rahma yang seorang pelaut kerap membeli elektronik dari Jepang, Tiongkok, atau negara-negara lain sebagai oleh-oleh.

Sayangnya ketika barang itu rusak, jasa purna jualnya sangat minim, atau untuk beberapa merek malah tidak ada sama sekali. Mau diperbaiki di tempat tak resmi? Bisa bikin sakit kepala tukang servis. Apalagi jika buku manual dan tombol-tombolnya ditulis bukan dengan huruf Latin.

Kemarin Senin (10/2), saya rasa saya telah menemukan pencerahan atas permasalahan waste management yang dialami rumah tangga di Indonesia, seperti teman saya tadi. Dalam kunjungannya ke redaksi JawaPos.com, Direktur Utama PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics M. Kuncoro Wibowo memperkenalkan aplikasi bernama BGR Access.

“Bahkan enggak cuma dibuang. Sampahnya malah jadi uang,” katanya seraya memamerkan slogan aplikasinya, Buang Barang Bekas Jadi Cash.

BGR Logistics menyadari betapa sampah menjadi permasalahan banyak negara. Di Jakarta saja, bobot sampah elektronik per tahun mencapai 27 ribu ton. Kendala klasiknya, kata Kuncoro, lahan yang dibutuhkan untuk menampung sampah-sampah ini tak pernah cukup.

Direktur Utama dan Direktur Keuangan BGR Logistics, M Kuncoro Wibowo dan Endang Suraningsih saat berkunjung ke Graha Pena, Senin (10/1). (Estu Suryowati/JawaPos.com)

Maka sebagai salah satu upaya mengatasi masalah ini, mereka meluncurkan BGR Access pada November 2019. Kuncoro berharap, aplikasi waste managementberbasis Android ini bisa membantu rumah tangga mengurus sampah elektronik.

Aplikasi ini bisa diunduh di Google Play atau PlayStore. Pengguna cukup membuat akun dengan data diri, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat surel, alamat rumah, nomor telepon, serta rekening bank yang akan menerima transfer dana dari penjualan barang bekas.

Ada dua pilihan untuk ‘menjual’ sampah elektronik ke BGR Logistics. Pertama, lewat fitur Loakin Barang. Jika memilih opsi ini, maka pengguna cukup memilih item barang yang akan diloak. Selanjutnya, partner BGR Logistics akan menjemput barang yang diloak.

Kedua, lewat fitur Antar Sendiri, yang berarti pengguna akan mengirimkan sendiri sampah elektroniknya ke mitra BGR Access. “Saat ini kami ada 50 pengepul, mitra,” kata alumnus Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) Jurusan Teknik Elektro Komunikasi tersebut.

Sejak dirilis, aplikasi ini sementara hanya dapat diakses di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Akan tetapi, lanjut Kuncoro, April nanti mereka akan memperluas aksesnya hingga mencakup Jabodetabek.

Adapun waktu operasional atau transaksinya mulai dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Tidak 24 jam/7 hari. Kuncoro mengatakan, pertimbangannya adalah masalah keamanan. Yang menarik, seperti halnya barang yang diloakkan, aplikasi ini juga menghargai sampah elektronik berdasarkan per kilogram berat.

“Jadi, harga untuk TV konde itu bisa jadi lebih mahal dibandingkan TV LCD, karena bobotnya lebih berat,” imbuh mantan Direktur SDM, Umum, dan Teknologi Informasi PT KAI (Persero) itu.

Harga sampah elektronik sudah tertera di aplikasi BGR Access. (apps)

Sebagai contoh, active speaker dihargai Rp 27.801, sedangkan speaker bluetoothdihargai Rp 301. Sementara itu, AC 2 PK (in/out) dihargai Rp 55.165, sedangkan AC portable blower dihargai Rp 40.120.

Nah, setelah proses transaksi selesai, dananya akan masuk menjadi saldo customer. Pelanggan dapat melakukan withdrawal atau penarikan saldo, sehingga dananya masuk ke rekening bank yang telah didaftarkan.

Kuncoro menambahkan, sampah elektronik yang sudah terkumpul akan diolah oleh pihak ketiga yang berbasis di Purwakarta dan Karawang. Hasilnya berupa aluminium ingot yang akan diekspor ke pembeli di luar negeri. Dia menjamin, residu yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah elektronik ini sudah sangat minim.

Ya, setelah mendengar penjelasan tentang aplikasi ini, saya tak sabar mengabarkannya pada Rahma. Semoga masih ada sampah elektronik yang mau diuangkan. Apalagi di rumah sudah tak ada lagi pekarangan. (jwp)