Luas Panen Cabai Turun, Harga Alami Kenaikan

0
71
BERANGSUR TURUN: Cabai merah yang dijual pedagang di Pasar Cisarua mulai turun.
BERANGSUR TURUN: Cabai merah yang dijual pedagang di Pasar Cisarua mulai turun.

JAKARTA-RADAR BOGOR,Melonjaknya harga cabai belakangan ini disebabkan luas panen yang berkurang. Harga cabai diperkirakan berangsur-angsur akan turun pada Maret. Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim Nanang Triatmoko mengatakan, suplai pada awal tahun berkurang lantaran cuaca pada musim tanam sepanjang Oktober sampai November tidak mendukung. Tidak terjadi hujan.

Malah, di daerah tertentu yang sistem penanamannya tadah hujan, petani tidak bisa menanam. ’’Akibatnya, ada kekosongan penanaman selama bulan-bulan itu. Yang mana, hasil penanaman itu untuk panen pada Januari,’’ jelasnya kemarin (9/2). Meski demikian, masih ada petani yang memaksakan diri untuk menanam. Contohnya, petani di Kediri. Kondisi cuaca yang tidak mendukung membuat produktivitas tidak maksimal. ’’Produktivitasnya hanya separo dari kondisi normal,’’ tuturnya. Dalam kondisi normal, produktivitas tiap hektare mencapai 10 ton.

Kemudian, di daerah yang tidak tanam pada periode Oktober sampai November, petani baru memutuskan untuk menanam pada akhir Desember dan awal Januari. Misalnya, Malang dan Gresik yang diperkirakan ada 1.500–1.600 hektare. ’’Nanti panennya pada Maret dan April,’’ ungkapnya.

Jadi, harga cabai akan turun mendekati Maret. Kemudian, pada April harga kembali turun. ’’Tren kenaikan harga sekarang naiknya sudah mentok, sudah harga tertinggi. Sebab, cabai dari luar pulau juga masuk. Jadi, pada Maret nanti pasti turun,’’ jelasnya. Pada pekan lalu, harga rata-rata cabai rawit maupun merah besar di tingkat petani sekitar Rp 50 ribu per kg.

Kepala Dinas Pertanian Jatim Hadi Sulistyo menuturkan, pada Oktober–November lalu sebagian petani beralih ke tanaman padi. Makanya, produksi pada Januari turun. ’’Karena produksinya turun pada Januari–Februari, tentu ada kenaikan harga di pasar,’’ katanya.