JAKARTA-RADAR BOGOR, Jalan-jalan ke luar negeri sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian warga Jawa Timur (Jatim). Setiap tahun kunjungan ke mancanegara meningkat 10–12 persen. Lima negara yang menjadi destinasi favorit adalah Singapura, Malaysia, Thailand, Tiongkok, dan Korea Selatan (Korsel).
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jatim Gondo Hartono menyatakan, minat masyarakat Jatim untuk pelesir ke luar negeri makin tinggi. “Karakter orang Jatim itu pasti mengutamakan bujet kalau mau keluar negeri,” katanya Selasa (25/2).
Karena itu, perjalanan wisata ke Thailand, Malaysia, Singapura, dan Tiongkok menjadi favorit. Sebab, biayanya tidak sampai Rp 10 juta per orang.
Bagi masyarakat Jatim, paket wisata ke Eropa kurang menarik. Menurut Gondo, arus kunjungan ke Benua Biru itu tidak besar. Jumlahnya hanya sekitar 10 persen dari total pelancong Jatim.
Mengapa demikian? Ada dua alasan utama. Pertama, pengurusan visa yang rumit. Kedua, biaya yang terlalu tinggi. “Harga (perjalanan wisata, Red) ke Eropa itu berkisar Rp 30 juta–Rp 40 juta per orang. Jadi ya hanya untuk kalangan high-end,” tegas Gondo.
Namun, warga Jatim akan mendapat kemudahan mengurus visa Swiss karena tidak perlu ke Jakarta. Mulai pekan lalu, warga bisa mendaftarkan visa Swiss melalui loket imigrasi di Surabaya. Setiap pekan petugas Kedutaan Besar Swiss di Indonesia bakal datang sambil membawa mesin biometrik.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Director Switzerland Tourism untuk Asia Tenggara Ivan Breiter pada Senin (24/2). “Respons masyarakat dan travel agent sangat bagus. Mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk mengurus visa ke Jakarta,” ujarnya. Kemudahan tersebut berlaku untuk perjalanan wisata, pendidikan, kesehatan, maupun bisnis.
Fasilitas itu diujicobakan sampai pertengahan Mei mendatang. Jika minat masyarakat tinggi, metode tersebut akan diperpanjang. Surabaya, menurut Ivan, menjadi pilihan karena kontribusi wisatawan dari Surabaya ke Swiss mencapai 20 persen. Turis Indonesia juga biasanya berbelanja banyak di Swiss. Terutama untuk arloji bermerek.
Sejauh ini destinasi wisata Eropa yang menjadi favorit masyarakat Jatim adalah negara-negara di Eropa Timur. Misalnya, Republik Ceko dan Hungaria. “High season liburan ke luar negeri biasanya saat Lebaran sampai Juli ketika liburan sekolah,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Director of Sales & Marketing Monas Tours & Travel Irnaty Fachruddin menyebutkan bahwa pelaku wisata terbesar adalah kalangan milenial. Sampai sekarang, mereka menggandrungi traveling. Entah itu di dalam ataupun luar negeri.
Selain itu, Surabaya menjadi kota terbesar kedua setelah Jakarta yang warganya suka bepergian ke luar negeri. Komposisi penjualan paket tur di Monas Tours & Travel, menurut Irnaty, didominasi perjalanan mancanegara. Kontribusinya mencapai 70 persen.
Untuk wisata ke Eropa, menurut Irnaty, kawasan Eropa Timur dan Barat adalah yang paling laris. “Karena di sana terke¬nal dengan alamnya, bangunan klasik, dan tentu wisata shopping,” paparnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengungkapkan, wabah virus korona justru menggairahkan wisata dalam negeri. “Orang sekarang takut pergi ke luar negeri. Jadi, banyak yang memilih wisata antarprovinsi. Sebagian besar pilihannya ya ke Jatim,” terangnya.
Jatim, menurut dia, punya destinasi yang komplet. Mulai Bromo, Kawah Ijen, pantai-pantai di Banyuwangi dan Malang, sampai makam para wali. “Memang jumlah wisman yang masuk ke Jatim menurun drastis. Tapi, setidaknya itu bisa digantikan dengan wisatawan lokal yang berkunjung ke sini,” tegasnya. GIPI Jatim memprediksi kunjungan wisman turun sekitar 50 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah menuturkan, pariwisata masih menjadi sektor unggulan untuk menopang perekonomian. (jwp)