Wabah corona melumpuhkan sektor usaha, termasuk usaha kuliner terpukul. Banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), termasuk industri rumahan kelimpungan menghadapi bisnisnya yang terhambat bahkan mungkin tidak bakal selamat.
Lantas bagaimana jurus pasangan suami istri Renate C Tanessia dan suami, Zahakir Haris pemilik Tandi’s Bakery Homemade dapat menghadapi badai akibat Covid-19 ini?
Laporan : Dede Supriadi
BOGOR-RADAR BOGOR, Haris bercerita banyak bagaimana ia dapat mempertahankan usaha yang dirintisnya di tengah situasi yang serba sulit, disaat semua sektor usaha tengah terpuruk akibat pandemi ini.
Pria berusia 38 tahun tersebut juga harus berpikir keras bagaimana mempertahankan karyawanya agar tetap bekerja, dan berpikir agar bisa menghidupi keluarganya.
Sejak pengumuman pertama kasus positif corona oleh pemerintah pada 2 Maret, saat itu Jokowi mengumumkan dua warga Depok sebagai dua pasien pertama yang positif Covid-19 di Indonesia.
Lambat laun usahanya mulai merasakan dampak virus yang berasal dari Kota Wuhan, Cina, sebagian besar hotel dan restoran mulai tak beroperasional, satu per satu hingga puluhan hotel di Kota Bogor juga lumpuh.
Padahal, sebagian besar produk jualanya mereka jajakan di sana. Di tengah situasi itu, ia mulai mengubah haluan dengan menerapkan digital marketing.
“Awal-awal sangat berpengaruh signifikan anjlok revenue-nya kang,” ungkapnya kepada Radar Bogor, Minggu (10/5/2020).
Penurunan pendapatan saat awal pandemi di Indonesia khususnya di Kota Bogor terjadi hingga 50 persen. Tetapi itu tidak bertahan lama. Hanya butuh adaptasi. Tegas Haris.
Omset sebelum pandemi sekelas bisnis rumahan per bulan bisa mencapai Rp45-Rp50 juta. Pada saat pandemi turun menjadi Rp20 hingga Rp30 juta. Karena banyak rekanan Tandi’s seperti katering dan hotel pada tutup.
Siapa sangka, bisnis rotinya itu justru menjadi salah satu peluang usaha yang menggiurkan di tengah Covid-19. Haris bersama Renate C Tanessia istrinya juga membagikan kiat sukses, pertama kunci utamanya adalah optimis.
Bisnis kulineran ini bisnis yang menjanjikan, apalagi Tandi’s bergerak dibisnis yang digemari oleh semua kalangan, atau bisa dibilang kebutuhan cemilan bagi warga Bogor.
Kedua, Haris mengaku sangat giat untuk promosi dari segi online. Semisal dengan membuat paket hemat (Pahe) untuk memanjakan dan mempermudah para customer Tandi’s.
“Terus telemarketing, brodcast, bikin promo diskon lewat Medsos -IG-FB, dan pendekatan ke customer lama,” tambahnya.
Keempat, mengutamakan keselamatan, kesehatan dan selalu mengikuti anjuran pemerintahan dan selalu menjaga physical distancing bagi customer terutamannya karyawan. Hal itu untuk membantu pemerintah menekan angka penyebaran covid-19.
“Penggunaan masker, apron, handgloves wajib dikenakan, setiap mau kerja dianjurkan selalu cuci tangan terlebih dahulu,” kata Haris yang juga lulusan Managamenet Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bahkan Haris menjelaskan, dirinya membuat penjagaan ketat di depan pintu masuk bread house dengan membuat wastafel sementara, serta bagi ojek daring tidak diperbolehkan masuk.
Meski demikian, Haris menambahkan, sesekali warga sekitar datang untuk membeli roti tepatnya di Jalan Guntur, Taman Kencana, Kota Bogor.
Saat ini pisang bolen lilit mini Tandi’s Bakery Homemade yang paling laris. Dalam satu hari, bisa terjual 300 hingga 400 pcs. Dan menjadi produk best seller.
Jauh sebelum Covid-19, berbagai upaya dilakukan Haris dan Rena-sapaan Istrinya untuk bisa menggapai cita-citanya. Di antaranya, terus meningkatkan kualitas dan jaringan usaha.
Usahanya memang terus berkembang. Haris mengaku memiliki obsesi untuk memproduksi roti yang bisa go international.
Menurutnya, peluang pasar saat ini begitu luas dengan bertumpu pada inovasi dan kualitas.
“Itu (go international) mimpi saya. Saat ini masih merintis dan terus berinovasi agar semakin baik produksi roti saya,” katanya.
Nyatanya, produksi rotinya tak surut dari pembeli. Karena itu, setelah merasakan sukses menjual roti, Rena terus memendam sebuah obsesi lainnya, yakni mendirikan sekolah spesialis roti di kota hujan.
Terlebih, Rena, kata Haris pernah merasakan kursus pembuatan roti dan telah memiliki bekal ilmu yang dapat ditransformasikan pada orang lain.
“Kalau perempuan bisa membuat roti sendiri, artinya mereka berpeluang untuk sukses dengan memiliki kesempatan untuk berwirausaha,” tukasnya. (*)