Pemerintah Kucurkan Lagi Rp 25 Triliun Agar Masyarakat Mau Pelesiran

0
31

JAKARTA-RADAR BOGOR, Seiring bergulirnya pemulihan ekonomi nasional (PEN) dalam konsep new normal, industri pariwisata menjadi pusat perhatian.

Pada kuartal III tahun ini, pemerintah menggelontorkan stimulus untuk menggairahkan kembali salah satu sektor penyumbang devisa terbesar itu.

Pandemi Covid-19 mengempaskan industri pariwisata tanah air. Dampak beruntunnya pada sektor lain pun bermunculan.

Persebaran virus SARS-CoV-2 yang memaksa pemerintah pusat dan daerah menerapkan pembatasan mobilitas warga membuat negara kehilangan potensi pendapatan senilai USD 4 milar atau Rp 59 triliun. Sebab, wisatawan mancanegara (wisman) membatalkan rencana kunjungan mereka ke Indonesia.

Terpuruknya industri yang mempunyai multiplier effects ke berbagai sektor itu tidak membuat pemerintah tinggal diam. Rencananya, pemerintah mengucurkan stimulus pada kuartal III tahun ini.

Berbeda dengan stimulus-stimulus sebelumnya, kali ini yang disasar adalah masyarakat kelas menegah ke atas. Sebab, merekalah yang bisa langsung menggerakkan sektor pariwisata.

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menyebut stimulus itu sebagai ide Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Usul tersebut langsung disambut baik Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

“Usulnya (pariwisata) dibuka secara bertahap sesuai protokol kesehatan. Selain pariwisata, (stimulus) itu menggerakkan restoran, hotel, dan lainnya,” ujarnya kepada Jawa Pos Minggu (31/5/2020).

Bentuk stimulus tersebut bakal berupa diskon tiket pesawat ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Ada pula yang berupa insentif pajak hotel atau restoran.

Lewat PEN, pemerintah akan berupaya memperkuat aggregate demand dengan alokasi anggaran sampai Rp 25 triliun.

“Targetnya yang menggunakan pesawat sekaligus menghidupkan transportasi udara. Lokasinya pun tidak semuanya. Misalnya, Bali atau Danau Toba,” jelas Yustinus.

Dia menambahkan bahwa rancangan tersebut mengindikasikan pemulihan destinasi wisata berlangsung secara bertahap. Semua pihak akan menyeleksi dengan cermat destinasi mana saja yang paling memungkinkan diakses orang banyak tanpa meninggalkan protokol kesehatan.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyambut baik stimulus pariwisata.

Menurut dia, stimulus berupa relaksasi pajak dan pelonggaran kredit bagi debitor akan menjadi insentif yang sangat efisien.

Kendati demikian, Hariyadi tidak yakin stimulus tersebut akan langsung mendongkrak demand sektor wisata.

“Tidak bisa langsung 100 persen. Mungkin 50–75 persen, bergantung perusahaan dan pasar serta kondisi daerah masing-masing,” ucapnya.

Dia mengungkapkan bahwa pariwisata tidak bisa bangkit sendirian. Sebagai penopang, traffic maskapai juga wajib pulih.

Direktur Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo menuturkan bahwa armadanya siap kembali mengudara pada 1 Juni nanti seiring penerapan new normal. Kini Citilink mematangkan prosedur layanan terbaik. Mulai pre-flight, in-flight, hingga post flight. (jpg)

Fakta Sektor Pariwisata

  1. RI kehilangan 1,3 juta kunjungan wisman per Maret 2020.
  2. Total 4 juta wisman gagal berkunjung ke RI selama pandemi.
  3. Secara nominal, sektor pariwisata kehilangan potensi pendapatan senilai USD 4 miliar atau Rp 59 triliun.

Sumber: Kemanparekraf

Data Maret 2020

  1. Kunjungan wisman turun 64,11 persen daripada Maret 2019.
  2. Secara kumulatif (Januari–Maret), jumlah kunjungan wisman mencapai 2,61 juta atau turun 30,62 persen daripada periode yang sama tahun lalu.
  3. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang rata-rata 32,24 persen atau turun 20,64 poin daripada Maret 2019.
  4. Rata-rata durasi menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama Maret tercatat 1,83 hari atau naik 0,02 poin jika dibandingkan dengan Maret 2019.

Sumber: BPS