Itu tentu membuat banyak negara menarik utang dan melebarkan defisit. Pemerintah RI bahkan melebarkan defisit APBN menjadi 6,34 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal itu dilakukan karena tingginya pendanaan yang diperlukan untuk berbagai sektor dalam penanganan pandemi.
“Semua negara menggunakan fiskal sebagai tools untuk countercyclical, tapi dari sisi pengaruh Covid-19 yang begitu dalam dan melumpuhkan ekonomi,” lanjut Ani.
Apalagi, langkah-langkah yang diambil untuk menanggulangi pandemi cukup drastis. Misalnya, lockdown alias kuntara total yang menyebabkan kelumpuhan demand dan supply.
Dia menyebutkan, setidaknya ada 20 negara yang mengalami pelebaran defisit untuk penanganan pandemi. Wilayahnya pun bervariasi. Dari Benua Amerika, Eropa, hingga negara-negara di Asia. Mereka serentak melebarkan defisit anggaran.
Di tempat yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa pemulihan ekonomi nasional akan terjadi tahun depan. Dengan kondisi ekonomi yang diyakini membaik, dia memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 bisa mencapai level 5,8 persen.
“Yang disampaikan Bu Menteri Keuangan cukup realistis dan sejalan dengan perkiraan kami di Bank Indonesia. Untuk tahun 2021 pergerakan kisarannya adalah 4,8 persen sampai 5,8 persen,” tuturnya.