BOGOR-RADAR BOGOR, Memang benar apa yang disampaikan secara statistik bahwa perusahaan keluarga pada umumnya bangkrut di generasi ke-2 di Asia. Itu pun yang hampir terjadi di perusahaan putra daerah Bogor, AGRICON, yang telah berdiri sejak 17 April 1969.
Bukan perkara mudah dan banyak liku-liku yang telah dilalui oleh perusahaan yang bergerak di agrochemical ini sebelum didaulat oleh majalah bereputasi nasional SWA, sebagai Perusahaan Legend dengan ranking 67 yang bersanding dengan perusahaan-perusahaan nasional lainnya.
Bogor patut berbangga, karena AGRICON sebagai perusaha¬an putra daerah Bogor telah berhasil menjadi satu-satunya perusahaan di Bogor yang masuk dalam ranking dan deretan Perusahaan Legend di Indonesia.
AGRICON merupakan perusahaan yang memiliki fondasi sebagai perusahaan distribusi yang pada awal AGRICON berdiri, hanya sebagai eksklusif distributor salah satu perusahaan asing pestisida (agro-chemical).
Kemudian karakter perusahaan menjadi berubah ketika AGRICON harus melepas distributorship tersebut di tahun 1996-an yang membuat AGRICON bisa naik level dengan membuat pabrik formulasi sendiri di Wanaherang, Bogor yang mengubah AGRICON yang tadinya hanya sebuah perusahaan distribusi menjadi perusahaan formulator.
Selain itu, AGRICON juga mengubah positioning market yang awalnya besar di project pemerintahan saja, kini di generasi kedua meyakini bahwa AGRICON akan lebih besar dan secure jika bermain di free market.
Atas dasar inilah AGRICON mengubah strategi-strategi bisnis yang ada untuk bisa berkembang dan besar. AGRICON mulai merencanakan hal ini sejak tahun 2008, dan mulai me-launching strategi jangka pendek, menengah, dan panjang kepada seluruh karyawan pada 2010 akhir serta memulai implementasinya pada 2011.
Banyak pembenahan-pembenahan yang dilakukan, yang paling awal memastikan pemegang saham generasi ke-2 memiliki adanya kesamaan visi, karena hal ini tentunya dirasa sangat penting agar perusahaan tidak memiliki “2 kapten dalam satu kapal”.
Konsekuensi dari strategi ini tentunya adalah akuisisi saham yang AGRICON lakukan, bermula di generasi 1 AGRICON dimiliki oleh lima keluarga, seiring berjalan saat ini AGRICON hanya dimiliki oleh dua keluarga, keluarga Tandramihardja dan keluarga Bengardi.
Yang kedua, secara bersama-sama pemegang saham dan manajemen membuat visi, filosofi sebagai acuan perusahaan berjalan untuk bisa disosialisasikan kepada seluruh stakeholder AGRICON.
Dengan visi meningkatkan kualitas hidup manusia melalui mata rantai agribisnis, konsekuensi harus mengorbankan beberapa anak perusahaan pun dilakukan contohnya, bisnis hotel, bisnis galian pasir, dan bisnis jasa pengendalian hama.
Semua bisnis yang tidak ada sangkut pautnya dengan mata rantai agribisnis dilepaskan demi terwujud dan fokusnya kepada visi baru yang telah ditetapkan. Tidak hanya itu, AGRICON pun menerapkan filosofi unik yang dimiliki yaitu memuliakan Tuhan dalam segala hal yang kami lakukan, mengembangkan SDM berkembang, melakukan yang terbaik, dan mencari keuntungan bersama.
Yang berikutnya adalah AGRICON me-review dan memastikan struktur organisasi beserta peranan generasi ke-3 sampai dengan selanjutnya. Perusahaan ini sepakat akan menjadi perusahaan profesional.
Pada 2016 AGRICON membentuk operating holding sebagai support department dan selanjutnya ke-4 SBU yang dimiliki sebagai garda terdepan untuk operasional.
Yang keempat dengan meng¬gunakan balance score card sebagai tools dalam memonitor perusahaan baik manajemen maupun individu dari masing-masing karyawan dan yang kelima dari tiga opsi yang di antaranya operational excellent, price strength, dan customer intimacy, AGRICON memilih customer intimacy sebagai strategi yang diyakini akan cukup berhasil dan relevan dengan filosofi dan kekuatan SDM AGRICON Group yang ada di seluruh Indonesia dengan total lebih dari 500 karyawan.
Banyak tantangan yang dihadapi AGRICON dalam menjalankan perubahan yang paling besar adalah mengubah mindset dan kultur generasi pertama ke generasi selanjutnya. Tentunya dengan zona nyaman yang setelah sekian puluh tahun mengandalkan bisnis pada project pemerintah, kini tiba-tiba karyawan benar-benar harus berperang di end user untuk melakukan “demand creation” (menciptakan pasar) bukan hal yang mudah.
AGRICON memerlukan waktu delapan tahun untuk bisa mengubah kultur tim. Tidak hanya itu, tantangan berikutnya yang tidak kalah besar adalah membuat sistem dan prosedur yang komit dan konsisten, yang tadinya semua berdasarkan keputusan-keputu¬san individu, kini semuanya harus berdasarkan sistem yang harus memutuskan.
Tantangan selanjutnya adalah membuat sinergi antara holding (support) dan SBU (operation), seperti biasa jika yang namanya holding, berisi dari bos-bos yang tidak bisa disuruh-suruh, sedangkan jika di AGRICON, holding merupakan department support yang berisi supply chain, people (HRD), finance, QHSE, GA, legal, business development, CRM, dan plant atau pabrik yang tugasnya melayani SBU (opera-tion) agar semuanya dapat berjalan dengan lancar.
Tantangan terakhir bagi AGRICON adalah bagaimana mem¬buat masing-masing SBU menjadi sinergi, saat ini AGRICON memiliki PT AGRICON Indonesia selaku perusahaan distribusi demand creation yang menjual produk pestisida AGRICON, PT Asia Gala Kimia yang bergerak di produk-produk fighting brand dan toll for¬mulation, PT Panca Niaga Agro Lestari sebagai perusahaan yang mendistribusikan produk-produk pestisida MNC, dan PT AGRICON Sentra bisnis Indonesia yang bergerak di rumah kaca, urban farming, precision farming, irigasi tetes, dan lain-lain.
Semua perusahaan memiliki pelanggan yang sama, yang mengharuskan AGRICON mengerti posisi dari masing-masing SBU dan termasuk pasarnya. AGRICON yakin jika semua sudah mampu melakukan sinergi ini, AGRICON akan menjadi grup perusahaan yang besar luar biasa.
Dengan telah melewati tantangan tersebut, AGRICON kini telah menjelma menjadi perusahaan holding dan SBU yang menjalankan roda perusahaan dengan visi dan filosofi yang telah menjadi gaya hidup dan darah daging dalam jiwa perusahaan.
Tidak hanya itu, AGRICON pun telah menjadi perusahaan yang tidak cepat puas dengan terus melakukan inovasi dan improvement yang telah dihasilkan di antaranya AGRICON telah sukses mengantongi sertifikasi ISO 17025, bendera emas SMK3, penghargaan Green Industry selama 3 tahun berturut-turut, dan bahkan AGRICON memiliki serikat pekerja yang berpartner baik dengan perusahaan. Jenjang karier atau career path di AGRICON pun sudah berjalan dengan baik, mayoritas manajer level ke atas meru¬pakan hasil promosi internal yang dilakukan.
Sedangkan dari sisi eksternal, AGRICON pun sangat sukses karena hasil survei kepuasan para pelanggannya yang didapatkan dari hasil questionnaire selalu di atas rata-rata. Dengan berhasilnya AGRICON menjadi perusahaan yang berbasis penciptaan pasar dan customer intimacy, loyalitas pelanggan menjadi semakin tinggi.
Saat ini AGRICON memiliki CRM (customer relationship management) yang bernama Klorofil yang telah memiliki lebih dari 10 ribu petani dan 3.000 kios seluruh Indonesia. Selain itu juga AGRICON telah berhasil membuat inovasi baru yang terbukti sudah digunakan oleh seluruh petani di Indonesia sampai saat ini karena efektivitas dan manfaatnya yang besar bagi dunia pertanian yaitu Rumah Pengering Suryakancana. Teknologi ini sudah dipatenkan oleh AGRICON sebagai teknologi pengering komoditas pangan inovasi AGRICON yang meng¬gunakan energi atau tenaga matahari.
Pada umumnya karena perkembangan zaman, perkembangan teknologi dan digital bahkan sampai karena pandemik Covid-19 yang dialami di masa sekarang ini banyak perusahaan yang tergoncang dan terkena imbasnya, tetapi sebagai perusahaan agribisnis, AGRICON sukses dan berhasil tidak jatuh di masa pandemik ini, terbukti dengan tidak ada satu pun karyawan pun yang dirumahkan atau bahkan PHK.
AGRICON terus beradaptasi dengan kebiasaan baru dan penerapan protokol kesehatan yang baik dengan melakukan inisiatif pelaksanaan webinar baik secara terpusat maupun regional melalui Zoom dengan kuota 1.000 orang dan juga FB streaming.
Yang hasilnya sangat bisa dirasakan dan bermanfaat bagi orang banyak, bermanfaat karena dalam setiap acaranya berhasil rata-rata menghadirkan audiens mencapai 15 ribu–20 ribu petani dalam aplikasi Zoom dan juga melalui FB streaming dan bahkan direct selling yang dilakukan pada saat setiap event bisa mencapai Rp500 juta–800 juta rupiah.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, tim milenial AGRICON pun sudah mulai bertumbuhan dengan segala kreativitas dan inovasinya, salah satu yang sudah dilakukan di antaranya membangun kolaborasi dengan beberapa perusahaan digital maupun fintech untuk terus dijajaki dan sebagai modal serta fondasi adaptasi di era yang baru ini.
AGRICON yakin dengan sistem yang profesional, tetapi tetap menjaga local wisdom, AGRICON akan siap menerima perubahan-perubahan baik yang langsung maupun yang tidak langsung untuk menatap masa depan.
Ke depan AGRICON berencana untuk go public dan saat ini AGRICON sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk menjadi perusahaan yang bisa selaras dan sesuai dengan visi perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan kehidupan melalui mata rantai agribisnis.
AGRICON sudah berdiri kuat di hulu, menjadi suatu mimpi akan bisa bergerak juga ke hilir. Salah satunya saat ini dimulai dengan adanya perusahaan milik AGRICON yang bergerak di produksi serabut kelapa yang sengaja belum dimasukkan dalam holding, dengan nama PT Agri Lestari Nusantara, berharap perusahaan ini bisa menjadi rotor dan sarana belajar di hilir sehingga ke depannya bisa membuat AGRICON Group benar-benar bisa menjadi perusahaan sukses yang bergerak di mata rantai agribisnis mulai dari hulu sampai hilir.(*/adv)