Antisipasi Kebijakan Uni Eropa, Gapki: Jaga Pasar CPO Asia Selatan

0
82

JAKARTA-RADAR BOGOR,Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyarankan segenap stakeholder sawit untuk menjaga pasar Asia Selatan sebagai market strategis. Misalnya, Pakistan dan India yang pada tahun-tahun sebelumnya mencatatkan permintaan yang signifikan. Tujuannya, mengantisipasi pasar CPO di Uni Eropa yang tersendat.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan, India adalah importir terbesar minyak sawit Indonesia. Sementara itu, Pakistan adalah importir keempat setelah Tiongkok dan Uni Eropa.

Dia menyebutkan, pada 2018 total volume ekspor minyak sawit Indonesia ke Pakistan mencapai 2,5 juta ton. “Asia Selatan adalah pasar strategis yang harus dijaga. Selain Pakistan, tentu saja India dan Bangladesh,” ujar Mukti akhir pekan lalu.

Memang pasar-pasar tersebut juga tak terlepas dari naik turunnya demand. Pasar India, misalnya. Realisasi ekspor 2018 tercatat 6,7 juta ton, turun dari realisasi 2017 yang 7,6 juta ton. Mukti menyatakan, secara volume, permintaan India memang masih tergolong besar meski melandai.

Penurunan kinerja ekspor produk minyak sawit tersebut tidak terlepas dari kebijakan bea masuk di India yang lebih tinggi terhadap minyak sawit Indonesia daripada Malaysia.

“Ini membuat sawit kita kalah kompetitif dengan Malaysia. Namun, kebijakan tersebut sudah diubah dan sekarang tarifnya sama dengan Malaysia,” tambahnya.

Pada akhir tahun lalu, pemerintah India sempat mengeluarkan kebijakan penurunan impor tarif produk kelapa sawit. Itu tentu memberikan sinyal positif bagi produk minyak sawit Indonesia. Namun, pada waktu yang hampir sama, yakni pada awal 2020, India mengeluarkan kebijakan untuk melarang impor produk olahan minyak sawit.

“Kami masih menunggu bagaimana penerapan kebijakan baru dari pemerintah India tersebut. Yang pasti, dua kebijakan itu saling bertentangan,” urainya.

Selain India dan Pakistan, Mukti menyatakan, pasar Bangladesh perlu ditingkatkan. Saat ini ekspor minyak sawit Indonesia ke Bangladesh mencapai 1,4 juta ton pada 2018. Secara keseluruhan, Gapki mengaku tak berekspektasi tinggi bahwa ekspor CPO Indonesia ke depannya mampu mengalahkan rekor dua tahun terakhir.

Sebab, penggunaan minyak kelapa sawit di dalam negeri bakal ditingkatkan sebagai bahan campuran biodiesel untuk kendaraan bermotor. “Penggunaan domestik akan meningkat. Apalagi, ada program biodiesel 50 persen,” ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono.(JWP)