Virus Korona Masih Ancam Pasar Saham Pekan Ini

0
62
Ilustrasi pasar saham (Istimewa)

Ilustrasi pasar saham (Istimewa)

JAKARTA-RADAR BOGOR,  Pasar saham Indonesia pada pekan ini masih akan berfluktuasi seiring dengan perkembangan perekonomian global terkait pengaruh virus Korona. Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee perkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melemah di awal pekan dan berpeluang berbalik arah atau rebound di akhir pekan.

“Support IHSG di level 5.843 sampai 5.750 dan resistance di level 5.900 sampai 5.960,” ujarnya di Jakarta, Senin (24/2).

Data perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG naik sebesar 0,26 persen menjadi 5.882,255 dari 5.866,945 pada penutupan perdagangan pekan lalu. Senada dengan IHSG, nilai kapitalisasi pasar selama sepekan juga mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen menjadi Rp 6.800,649 triliun dari Rp 6.781,861 triliun pada penutupan perdagangan pekan lalu.

Sementara itu untuk rata-rata frekuensi transaksi harian mengalami peningkatan sebesar 1,14 persen menjadi 379.618 ribu kali transaksi dari 375.321 ribu kali transaksi pada pekan sebelumnya. Kemudian untuk rata-rata volume transaksi harian juga mengalami peningkatan sebesar 20,71 persen menjadi 6.241 miliar unit saham dari 5.170 miliar unit pada pekan sebelumnya.

Hanya rata-rata nilai transaksi harian yang mengalami penurunan sebesar 1,75 persen menjadi Rp 6.114 triliun dari Rp 6.223 triliun.

Hans Kwee menjabarkan, jika berkaca seoanjang pekan lalu, IHSG sempat menguat diawal pekan setelah berbalik arah dari tekanan pekan sebelumnya. Hal tersebut karena pasar saham dunia sempat bergerak positif setelah ada tanda awal kasus baru virus korona mengalami perunurunan.

Namun, optimisme berakhir di akhir pekan setelah Global Times melaporkan bahwa media yang dikelola pemerintah Tiongkok menyebutkan ada peningkatan tajam dalam kasus virus Korona pada sebuah rumah sakit di Beijing.

Selain itu, lanjutnya, di akhir pekan juga terdapat indikasi adanya peningkatan kasus virus Korona di Tiongkok, dimana pemerintah Tiongkok juga merilis lebih dari 800 kasus baru terjadi. Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menyebutkan ada 74.576 kasus virus Korona telah dikonfirmasi, 2.118 orang korban meninggal.

Tekanan pasar juga terjadi karena ada kekawatiran penyebaran virus Korona di luar Tiongkok. Korea Selatan telah melaporkan adanya 100 kasus baru. Sedangkan Jepang melaporkan lebih dari 80 orang yang dinyatakan positif terkena virus corona.

“Hal ini sudah diperingatkan oleh WHO bahwa rendahnya kasus virus Korona di luar Tiongkok kemungkinan tidak akan tetap sama dalam jangka panjang,” tuturnya.

Artinya, kata dia, mungkin akan terjadi lonjakan di waktu yang akan datang. Penelitian terbaru menunjukkan virus korona lebih mudah menular daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini menimbulkan ketidak pastian ekonomi global.

“Pasar keuangan dunia kami perkirakan akan membaik ketika di temukan perlambatan penyebaran virus sebagai tanda awal teratasinya wabah korona,” ucapnya.

Disisi lain, dampak ekonomi virus Korona disampaikan juga oleh S&P Global Ratings yang megatakan perbankan Tiongkok dapat mengalami kredit macet sebanyaknya USD 1,1 triliun karena virus Korona yang berakibat tekanan pada ekonomi Tiongkok. Goldman Sachs mengatakan pasar keuangan dunia telah meremehkan potensi dampak dari wabah korona terhadap ekonomi dan bisnis.

Upaya stimulus telah di lakukan berbagai otoritas. The People’s Bank of China (bank sentral Tiongkok) dengan melakukan penurunan suku bunga kredit tenor 1 tahun sebesar 10 bps dan bunga kredit tenor 5 tahun sebesar 5 bps. Sementara, Bank Indonesia juga telah menurunkan 25 bsp suku bunga acuan untuk memberikan stimulus pada pasar.

“Hal ini mebuat kami memperkirakan adanya potesi terjadi risiko koreksi pada indeks dunia kedepannya,” imbuhnya.(jwp)