Kiat Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi, Omzet 2 Kali Lipat. Kuncinya: Jangan Cengeng!

0
34
Pengusaha
Noor Rafita, pemilik UMKM kuliner cake & bakery yang sukses mendulang omzet dua kali lipat di tengah pandemi Covid-19.
Pengusaha
Noor Rafita, pemilik UMKM kuliner cake & bakery yang sukses mendulang omzet dua kali lipat di tengah pandemi Covid-19.

Pagebluk Covid-19 menghantam roda ekonomi Indonesia. Daya beli menurun. PHK merajalela. Namun di tangan-tangan kreatif, banyak bisnis yang bertahan bahkan tumbuh luar biasa. Salah satunya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kuliner cake & bakery, milik Noor Rafita. –Kisah ini juga disajikan dalam bentuk video conference pada channel Bang HS TV–.

============

Sudah enam tahun ini dia bisnis kuliner, kue kering dan aneka jenis roti di Kota Hujan. Sejak corona mewabah, Rafita sudah mengambil ancang-ancang. Sejumlah strategi dia terapkan. Misinya: bertahan bahkan harus terus berkembang.

“Permintaan alhamdulilah semakin hari semakin meningkat mendekati lebaran,” tuturnya seraya menyebut pelanggan tersebar di seluruh Indonesia.

Sedikit menoleh ke belakang, Rafita memulai bisnis ini sejak duduk di bangku SMA. Pemasaran diawali mulut ke mulut atau pertemanan. Lama-kelamaan, usahanya terus berkembang dengan sistem pesanan.

Pengalaman selama enam tahun inilah yang menjadi bekal untuk bertahan. “Peningkatan signifikan justru di pandemik ini,” ujar perempuan kelahiran Jakarta, 42 tahun silam ini.

Strategi apa yang dilakukan Rafita? Ada empat strategi dan ternyata cukup sederhana. Ia memanfaatkan momentum work from home atau WFH. Rafita menyadari, pasti banyak pekerja yang membutuhkan cemilan selagi bekerja di rumah. Target pasarnya tak tanggung-tanggung: seluruh Indonesia. “Nah, di situ pasar kue kering saya,” celetuknya mengenang masa perumusan usaha.

Strategi kedua, Rafita memproduksi kue-kue kering yang khas dengan momentum Ramadan dan Lebaran. Dia meyakini, banyak orang merindukan suasana lebaran seperti menikmati kue-kue nastar dan kastengel.

“Mereka bisa menikmatinya di rumah. Gak perlu ke luar rumah. Kontak kami di WhatsApp 081210363846. Kami langsung kirim ke rumah. Itu sangat memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk kami,” ujarnya.

Strategi ketiga: eksplorasi berbagai kemudahan yang ditawarkan dunia maya. Alhasil, usaha Rafita di tengah pandemi ini mengalami kenaikan dua kali lipat. Jika tahun lalu ia bisa menjual 10 ribu toples, target yang sudah terlihat sekarang mencapai 12 ribu toples.

“Ubah pasar dari offline ke online. Pada saat pandemik ini, kita cepat-cepat mengubah sistem yang tadinya offline menjadi online. PSBB ini kita harus tutup toko. Makanya kita alihkan ke online. Kirim melalui ekspedisi,” kata Rafita.

Promosi melalui media sosial pun terus digeber. Seperti Facebook, kini followernya sebanyak 5.900 orang. Kemudian Instagram, 10.000 followers. Untuk bisa menarik perhatian orang sebanyak itu, Rafita rajin siaran setiap hari. “Agar ada yang melihat postingan kita setiap hari. Itu peluang bagi kita untuk menjual produk kita,” ungkapnya.

Strategi keempat: perluas jejaring dan kerja sama. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memaksa semua toko Rafita tutup. Untuk pemasaran di sekitar Bogor, jebolan pascasarjana Ekonomi Pertanian IPB Bogor ini menjalin kerja sama dengan operator ojek online. Seperti diketahui, ojek online juga terdampak PSBB karena tak boleh lagi mengangkut penumpang.

“Mereka adalah tim ekspedisi pengantaran produk untuk daerah Jabodetabek gitu. Biasanya saya langsung plot mereka satu hari Rp100 ribu untuk ke beberapa tujuan,” jelasnya.

Beberapa strategi ini berhasil membuat usaha Rafita berkembang. Bahkan, kini ia berencana menambah pegawai untuk mengatasi tingginya permintaan. “Pegawai saya hanya 10 orang. Rencana tambah tujuh orang lagi,” imbuh perempuan penerima penghargaan Tokoh Bogor Berprestasi sebagai penggiat UMKM.

Rafita tak pelit soal ilmu. Ia berbagi kiat untuk para UMKM yang mulai mengalami penurunan omzet. Semisal menangkap peluang bisnis yang ditawarkan tanpa menggunakan modal. Menjadi reseller produk lain yang masih bertahan salah satunya.

“Seperti saya, saya melakukan tiga tingkatan harga. Distributor, agen dan reseller. Kalau distributor, kita beri potongan 25 persen dari harga jual. Kemudian untuk agen 20 persen dari harga jual dan untuk reseller 15 persen dari harga jual. Alhamdulilah sampai saat ini distributor kami udah ada yang menjual sekitar 1.071 toples, ungkapnya.

Belajar dari pengalamannya, Rafita mengajak UMKM untuk lebih kreatif lagi. Ia meyakini, selama wabah covid-19 ini masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Kuncinya adalah tetap semangat mencari potensi dan tidak putus asa.

Bagi mereka yang hobi memasak, bisa membuat panganan untuk dijual. Sementara penghobi kue, bisa produksi dan jual antar sesuai pesanan. Sedikit tips darinya, frozen food, kue kering dan masker kesehatan yang saat ini banyak dicari pasar. “Pengusaha tidak boleh cengeng,” cetus Rafita.

Kesempatan masih terbuka lebar. Rafita mengajak para UMKM bergabung di organisasi Gerakan Nusantara Berdaya yang mewadahi aneka ragam produk. UMKM yang tidak memiliki produk tapi ingin berjualan, bisa menjadi reseller para produsen yang tergabung dalam gerakan ini.

“Isinya komplit. Ada baso, somay, ada frozen food, ayam, ada kue macam-macam. Ayo semangat! Ubah musibah menjadi tantangan. Terima kasih pada para mentor Grounded Business Coach dan Coach pendamping yang telah membangkitkan semangat, menemukan potensi diri, membuka jalan dan mendampingi pencapaian target bisnis di masa pandemi ini.” tukas dosen di sejumlah universitas ini. (ric)