Amerika Serikat Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ikut Terpengaruh

0
30
Gedung-gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Senin (27/1). Pertumbuhan ekonomi 2020 diprediksikan lebih rendah dibandingkan 2019. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)
Ilustrasi. Pertumbuhan ekonomi 2021 diprediksikan lebih rendah dibandingkan 2019. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)
Gedung-gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Senin (27/1). Pertumbuhan ekonomi 2020 diprediksikan lebih rendah dibandingkan 2019. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)
Gedung-gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta.

JAKARTA-RADAR BOGOR, Amerika Serikat (AS) resmi mengalami resesi menyusul Singapura dan Korea Selatan. Pertumbuhan ekonomi Paman Sam pada kuartal II -32,9 persen.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong pemerintah Indonesia segera merealisasikan stimulus extraordinary.

Sebelumnya, perekonomian AS pada kuartal I terkontraksi -4,8 persen. Kebijakan karantina wilayah atau lockdown sejak Maret hingga Juni membuat konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta belanja pemerintah lokal maupun negara anjlok. Hal tersebut menekan produk domestik bruto (PDB) AS.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menuturkan, resesi AS tentu akan berimbas terhadap perekonomian nasional.

“Dimana tiap 1 persen pertumbuhan ekonomi AS terkoreksi, akan berpengaruh terhadap 0.02 sampai 0.05 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Bhima kepada Jawa Pos, kemarin.

Efek resesi AS juga akan memengaruhi kepercayaan investor dalam berinvestasi di aset yang beresiko tinggi seperti saham. Investor akan semakin mengincar aset safe haven.